Mengapa Thailand dan Vietnam Mampu Mengekspor Beras?

- Maret 02, 2017

Mengapa Thailand dan Vietnam Mampu Mengekspor Beras?

 
. . “Orang Bilang, Tanah Kita Tanah Surga” (kata orang Thailand) Bukan lautan cuma kolam susu
Kail serta jala cukup menghidupimu
Tiada badai topan kau jumpai
Ikan serta udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu serta batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu serta batu jadi tanaman
Sepenggal lirik yng dirilis pada tahun 1973 oleh satu dari sekian banyaknya grup musik yng berhasil pada tahun 70an, yakni Koes Plus, menggambarkan wacana kekaguman band koes plus pada era itu, terhadap tanah air Indonesia yng kaya akan sumber daya alam yng melimpah ruah. lihat saja lirik “Bukan lautan hanya kolam susu” menggambarkan seakan lautan di tanah air ini merupakan susu yng menyegarkan, sumber stamina dalam melakukan aktivitas. Sumber stamina disini maksudnya, bahwasanya di lautan yng luas adalah sumber aktivitas masyarakan Indonesia bagi atau bisa juga dikatakan untuk bertahan hidup. Kalau diolah akan menjadi barang yng berharga tinggi. Kalau dirawat akan tetap terjada kelestariaannya. Lirik “tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu” seakan menggambarkan bagaimana kaya raya serta bersahabatnya alam kita, sampai-sampai ikan serta udang menghampiri kita. Cuma yang dengannya kail serta jala cukup menghidupi kita. Bagaimana saktinya tanah air ini. Malah saking suburnya, cuma sebuah tongkat mampu menjadi tanaman. Ini menggambarkan begitu subur yang dengannya kekuatan alam serta pangan bangsa Indonesia. Namun apalah sumber daya alam andai tak didukung yang dengannya sumber daya kita-kita yng mempunyai kualitas, serta aparatur negara yng mempunyai kecerdasan moral. Lebih dari 40 tahun umur lagu yang telah di sebutkan merubah segalanya. Era ini pemerintah sulit menghindari impor bahan pangan (beras, jagung, kedelai, dll) pada tahun 2016, bagi atau bisa juga dikatakan untuk melindungi ketersediaan serta meredam kenaikan harga di pasar dan produktivitas pangan yng rendah di dalam negeri. Pemerintah akhirnya memutuskan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengimpor beras dariThailand serta Vietnam sebanyk tidak lebih lebih 1,5 juta ton. Malah, pemerintah pun mencari negara pemasok lain semisal Pakistan yng dikarenakan keterlambatan dalam pengambilan keputusan importasi beras yang telah di sebutkan, padahal luas negeara orang-orang jauh lebih kecil daripada bangsa ini. Mengapa Thailand mampu mengekspor beras ? Departemen Pertanian Thailand, yang dengannya arahan dari Sang Raja, membuat visi yng spektakuler: “Thailand kitchen of the world..!” Visi ini bukan sekedar jargon semisal yng Suka kita lihat di spanduk-spanduk yng dipajang oleh para pejabat kita di depan kantor menjelang peringatan hari besar tertentu. Visi ini diterjemahkan menjadi suatu rencana yng rinci serta benar-benar dijalankan hingga di tingkat petani. System penyuluhan dibenahi, sarana produksi serta permodalan disediakan, infrastruktur dibangun yang dengannya kualitas prima. Malah, bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjangkau pasar internasional, standar yng dipakai di negara pengimpor diterapkan di petani. Setiap petani yng akan mengekspor produknya Perlu menjalankan dua standar, yakni GAP (good agricultural practices) serta GMP (good manufacturing practices). Andai petani sudah menjalankan, pemerintahlah yng membayar sertifikasinya. Isu pertanian Thailand Di era pertanian menjadi perhatian dunia, Thailand, sekali lagi, merumuskan isu pokok yng Perlu dipecahkan. Tiga hal yng menjadi isu pokok era ini merupakan: (1) Ekspor padi, (2) Penataan wilayah pertanian, serta (3) Kompetisi antara bertahan yang dengannya padi serta menanam tanaman karet serta sawit. Penataan wilayah, ataupun lebih lazim disebut zoning dalam ilmu pertanian, dimaksudkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengefektifkan pelayanan serta menekan beaya prosesing serta distribusi. Andai produk mampu diperoleh di pusat-pusat produksi, maka pelayanan menjadi lebih efisien. Misalnya di wilayah yang telah di sebutkan mampu didirikan pusat penelitian pertania yng mampu langsung merespon kebutuhan petaninya, daripada kalau pusat penelitian yang telah di sebutkan terpusat. Para petugas penyuluh pun mampu dilatih sesuai yang dengannya produk unggulan di wilayah yang telah di sebutkan, menjadikan orang-orang mampu membantu petani yang dengannya cara yng lebih cermat. Bandingkan yang dengannya penyuluh kita yng tahu tidak banyak wacana tidak sedikit hal. Pusat produksi pun membuat mudah bagi atau bisa juga dikatakan untuk prosesing, packaging serta pengangkutan/distribusi. Komitmet Tinggi terhadap pertanian Mengingat bahwasanya bukan cuma padi yng era ini tidak murah, akan tetapi pun produk pertanian yng mampu dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk membuat biofuel, semisal ubi kayu serta sawit, dan produk karet alam, maka keinginan petani Thailand bagi atau bisa juga dikatakan untuk menanam produk ini pun Amat tinggi. Akan tetapi bagi atau bisa juga dikatakan untuk melindungi keunggulan Thailand menjdai produsen padi, maka penanaman kelapa sawit serta karet di lakukan secara hati-hati. Orang-orang memilih bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak mengkonversi lahan padi menjadi lahan sawit serta karet. Orang-orang pun tak mengkonversi hutan menjadi perkebunan kedua jenis tanaman ini. Orang-orang memakai lahan-lahan yng tidak lebih subur bagi atau bisa juga dikatakan untuk ditanami kedua jenis tanaman ini, khususnya karet. Kelapa sawit tak terlalu ditekankan lantaran orang-orang terasa tak akan mampu bersaing yang dengannya Malaysia serta Indonesia yng punya Kalimantan. Sayur serta buah Bicara wacana sayur serta buah. Thailand merupakan negara yng paling serius di tempat Asia Tenggara dalam menangani buah serta sayur. Thailand merupakan negara pengeksporbabycorn terbesar kedua di dunia. Orang-orang pun pengekspor asparagus. Durian orang-orang menyerbu supermarket Jepang, China, Taiwan serta pun Indonesia. Bukan saja produk segar, orang-orang pun mengekspor buah kering serta sayur dalam kaleng. Selain itu orang-orang pun membanjiri dunia yang dengannya produk juice banyak sekali buah serta sayur. Bagaimana orang-orang mampu melakukan semuanya itu? Peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara menyediakan dukungan penelitian, pelatihan serta sarana produksi malah Bank Of Agriculture yng menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara pun memberi jaminan kualitas produk yng diperoleh yang dengannya sertifikasi. Belanja negara bagi atau bisa juga dikatakan untuk pembangunan infrastruktur diarahkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendukung pengembangan pertanian. Jalan serta pasar induk dibangun serta dikelola yang dengannya profesional. Peran sektor usaha pun tidak boleh tidak di ingat-ingat lagi. System contract farming yng dipakai di Thailand berbeda dari yng biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak yang dengannya petani tanpa butuh petani menyerahkan agunan. (Di Indonesia, biasanya tanah petani menjadi agunan, menjadikan kalau petani gagal, tanah orang-orang akan disita). Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak yang telah di sebutkan merupakan perusahaan memberi jaminan harga minimal dari produk yng dimintanya bagi atau bisa juga dikatakan untuk ditaman oleh petani. Andai harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjualnya ke pihak lain. Satu dari sekian banyaknya semisal perusahaan merupakan Swift Company. Perusahaan asli Thailand ini merupakan perusahaan pengekspor buah serta sayur premium ke pasar Eropa. Orang-orang melakukan kontrak yang dengannya petani. Orang-orang memberi jaminan harga hampir 10 kali lebih tinggi dari harga pasar. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk menekan biaya, orang-orang melakukan sorting serta grading sejak dari lahan petani. Menjadikan disaat produk hingga di gudang perusahaan, hampir tak ada lagi yng dibuang. Tinggal mengepak serta mengirimkannya ke Eropa yang dengannya pesawat. Pagi dipanen di lahan petani, pagi selanjutnya telah terjaja di konter supermarket di London serta kota-kota besar lain-lainnya di Eropa. Wow… “bisnis kami tergantung dari petani. Oleh sebab itu kami harus membuat petani beruntung. Tanpa itu mereka tidak akan menanam. Akibatnya kami tidak akan dapat produk.” Disaat aku tanyakan mengapa tak menanam sendiri, orang-orang bilang bahwasanya bekerja percis yang dengannya petani merupakan taktik bagi atau bisa juga dikatakan untuk membagikan resiko serta sekalian membagikan keuntungan. Andai terlaksana kegagalan lantaran alam, perusahaan ikut bertanggung jawab. “Berbagi adalah kuncinya” demikian salah seorang Manager Swift Company menjelaskan. Orang-orang benar-benar berbisnis yang dengannya hati. Jadi apa yng beda dari Negeri Siam yang dengannya Indonesia? Sebenarnya kesungguhan, kejujuran serta niat bagi atau bisa juga dikatakan untuk membagikan merupakan kunci berhasil orang-orang. Sementara hal-hal ini sudah luntur di Negeri ini. Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Mengapa Thailand dan Vietnam Mampu Mengekspor Beras?

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Mengapa Thailand dan Vietnam Mampu Mengekspor Beras?