Hanya Tinggal Lansia di Desa, Dimana Wahai Pemuda? Haruskah Migrasi Ke Kota? Siapa yang Bangun Desa?

- Maret 03, 2017

Hanya Tinggal Lansia di Desa, Dimana Wahai Pemuda? Haruskah Migrasi Ke Kota? Siapa yang Bangun Desa?

 
. . Arus migrasi tenaga kerja dari desa ke kota yng kerap terlaksana bersamaan yang dengannya arus balik manyisakan duduk perkara tersendiri bagi lansia di daerah asal migran. Sebagian besar lansia yng pada masa usia produktif mempunyai lebih dari dua anak terpaksa hidup sebatang kara. Orang-orang cuma mendapatkan tidak banyak bantuan serta fasilitas yng diberikan oleh anak-anak yng pernah orang-orang lahirkan. petani tua1 Secara keuangan, lansia desa yng keturunannya pindah ke kota mampu saja tak kekurangan lantaran anak bisa yang dengannya gampang mengirimkan uang kepada orang-orang. Namun kebutuhan lansia tak sebatas uang, orang-orang butuh perhatian, makanan, pakaian serta bantuan lain bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakoni sisa hidup yng masih Perlu dijalani. Kebutuhan kedekatan yang dengannya keluarga ini makin meningkat andai orang tua telah dalam kondisi sakit baik “pikun” maupun sakit yng lain. Lansia di desa pun tak akan gampang pindah ke kota mengikuti anak-anak orang-orang, lantaran telah terikat kuat oleh komunitas di perdesaan. Oleh karena itu, Amat jarang di antara lansia desa yng mau mengikuti keturunan orang-orang walaupun di desa orang-orang cuma tinggal seorang diri. Menjdai gambaran, sebut saja mbah Sukirman dari desa terpencil di Gunung Kidul yng era ini telah berumur 80 tahun lebih serta tinggal di desa bersama istrinya yng pun telah berumur 76 tahun lebih. Delapan anaknya sudah pergi serta menetap di kota besar (Jakarta) serta sudah mempunyai keturunan. Walaupun setiap tahun ada momen idul fitri yng mengantarkan anak-anak orang-orang berkumpul di rumah, namun lansia yang telah di sebutkan tetap merindukan agar satu dari sekian banyaknya anaknya ada yng tinggal di desa bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengurus orang-orang. Keadaan serupa terlaksana pada sebagian besar tetangga mbah Sukirman yng anaknya pindah serta menetap di kota besar. Semisal Mbah Karsono yng mempunyai 3 anak laki-laki. Di usia yng telah mencapai lebih dari 75 tahun, tak ada anaknya yng mau tinggal di desa menemani orang-orang. Di satu sisi orang-orang bangga sudah menuntaskan kewajiban bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendidik serta membesarkan anak, namun orang-orang pun terasa kesepian menjadi lansia yng hidup sebatang kara. Orang-orang lansia sendiri pun tetap memilih tinggal di desa lantaran terasa nyaman serta tenteram. Orang-orang sudah hidup dalam komunitas yng terbentuk sejak kecil. Dari sisi anak-anak yng ingin memberikan yng paling baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk orang tuanya, Amat sulit bagi orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk kembali ke desa lantaran terikat oleh pekerjaan yng menjadi sumber penghidupan. Orang-orang pun telah dibebani kewajiban bagi atau bisa juga dikatakan untuk membesarkan anak yng era ini telah memasuki masa sekolah di perguruan tinggi. Aneka macam dilema muncul menjdai dampak migrasi tenaga kerja dari desa ke kota. Lansia hidup sebatang kara di perdesaan adalah bagian dari masalah-masalah lain terlaksana di desa semisal minimnya sumber daya produktif di desa serta minimnya jumlah anak usia SD di perdesaan. Sebagian Sekolah Dasar di perdesaan malah Perlu tutup lantaran tak memperoleh siswa. Pada akhirnya lansia di daerah sumber migran Amat butuh perhatian dari seluruh komponen bangsa lebih-lebih pemerintah. Orang-orang sudah bekerja keras membesarkan serta mendidik generasi yng era ini berada di usia produktif. Telah sepatutnya kita perhatikan nasib orang-orang lebih-lebih lansia sebatang kara yng terpisah oleh aktivitas migrasi ke kota. (Sumber : Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Jakarta/*Uwo-) Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Hanya Tinggal Lansia di Desa, Dimana Wahai Pemuda? Haruskah Migrasi Ke Kota? Siapa yang Bangun Desa?

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Hanya Tinggal Lansia di Desa, Dimana Wahai Pemuda? Haruskah Migrasi Ke Kota? Siapa yang Bangun Desa?