Mau Tau Kisah Petani Sukses Beromzet 50 Milyar?

- Februari 02, 2017

Mau Tau Kisah Petani Sukses Beromzet 50 Milyar?

 
. .
Cerita soal petani tak semuanya mengenaskan. Ada juga yng menggembirakan, malah membanggakan. Tengok saja H Bambang Sumadji HS, petani dari Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kediri Jawa Timur. Ia dikenal menjdai petani berhasil. Hayalkan, sebulan ia mampu meraup omset Rp 50 miliar! Memanglah hasil itu tak semuanya diperoleh dari hasil pertanian, melainkan pun dari pabrik serta bank. Akan tetapi pertanian, utamanya bawang merah serta cabe, tetap menjadi basis utama bisnis pria berumur 49 tahun itu.
Sosoknya menjdai petani yng berhasil, Amat dikenal luas. Cobalah tanya kepada pedagang di pasar Pare, hampir seluruh mengenalnya. "Kalau sampean (Anda) ingin informasi lengkap soal bawang merah dan cabe, tanya saja langsung kepada Pak Haji Bambang, karena dia sudah dikenal luas sebagai petani yang sukses dan banyak mensuplai pasar lokal maupun luar daerah," ujar Muhammad Abdullah Zaman (55) maupun Musni (60), pedagang bawang merah di pasar Pare. Kisah suksesnya dimulai tahun l977. Era itu, ia mengambil kredit dari Bank BNI sebesar 1,5 juta. Uang itu dipakai menanam bawang merah di atas lahan sewaan seluas 1 hektar. Hasil nya sebenarnya Amat baik. Sekali panen 7 ton, dijual yang dengannya harga Rp 150 per kilogram (saat ini Rp 6.000). Dalam satu tahun ia mampu panen tiga kali. Itu pengertiannya ia meraup hasil 3,15 juta rupiah.
Dari keuntungan itulah tidak banyak demi tidak banyak saya mengembangkan pertanian brambang (bawang merah)," ujarnya. Ia tak cuma memenuhi permintaan pasar lokal, namun pun memasok ke daerah Indonesia Timur. Kini protolan tingkat III Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya ini mempunyai lahan 200 hektar, tersebar di Sukomoro Nganjuk serta Sidowarek dan Plemahan, keduanya di Pare. Tak cuma bawang merah, Bambang pun menanam cabe seluas 25 hektar di desa Pelem, Pare. Dari total lahan pertaniannya itu, ia biasa mengusung 28 ribu ton bawang merah, dua kali panen. Sedang cabe merah, satu hektar menghasilkan 20 ton. Hasil totalnya mencapai 500 ton per tahun.
Ironisnya, meski hasil panen bawang merahnya mencapai ribuan ton, saat ini Bambang tidak sanggup lagi mensuplai ke kota-kota Indonesia Timur serta beberapa kota besar di Jawa. Bukan lantaran di kota-kota itu sedang dilanda kerusuhan, ataupun hasil panennya menurun drastis, melainkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebutuhan sendiri saja, katanya, ia terasa kewalahan. Sejak tahun l991, Bambang memanglah tidak lagi menjual bawang merah mentah. Dikemas yang dengannya merek Bagindo, brambang itu digoreng lantas dilempar ke pasar. "Sehari-hari saya butuh pasokan 150 ton brambang mentah," mantan Pengurus Cabang Pelajar Islam Indonesia (PII) Pare itu menjelaskan kebutuhan pabriknya. Melibatkan 150 karyawan yang dengannya gaji rata-rata Rp 500 ribu/bulan kecuali pegawai kantor Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta --tiap bulan Bambang menghasilkan 30 ton brambang goreng. Yang dengannya merek yng percis, selain brambang goreng, pria kelahiran Pelem, Pare, Kediri ini pun memproduksi sambal pecel.
Yang dengannya tenaga 50 orang, ia menghasilkan 30 ton sambal pecel per bulan. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk produksi sebanyk itu, sehari-hari diharapkan pasokan 1 ton kacang tanah. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperlancar distribusi hasil pertanian serta pabriknya, pria yng ramah ini menyediakan 20 unit armada angkutan jenis L-300.
Berhasil di pertanian serta makanan, mantan pengurus Muhammadiyah Pare ini merambah dunia perbankan. Tahun 1990 ia mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 'Agro Cipta Adiguna'. Percis yang dengannya bisnis pertanian serta makanan, BPR-nya pun berhasil. Malah pernah terpilih menjdai BPR paling baik tingkat nasional, Desember tahun lalu.
Istiqamah, Sejak kecil Bambang memanglah telah terdidik oleh lingkungan keluarganya yng memanglah petani sekalian pedagang hasil-hasil pertanian. Ia pun mengaku bisa "ongkos jalan" dari orang tua. "Namun kecil-kecilan lho, mas", katanya. Ia tak mau menyebut berapa angka yng dimaksud kecil-kecilan itu. Namun yng lebih berharga, menurutnya, secara langsung orang tuanya Suka melibatkan dirinya dalam kegiatan jual beli hasil pertanian. Bila ada diskusi-diskusi bisnis maupun transaksi, ia kerap dilibatkan. Dari situlah feeling bisnisnya diasah. Kiat menangkap kesempatan serta peluang diperolehnya dari situ.
Namun semisal kata dia, dari seluruh terori-teori praktis yng diajarkan kedua orang tuanya, yng paling memberikan arti bagi karir bisnisnya merupakan amanah ataupun bisa dipercaya. "Amanah jauh lebih penting dari modal itu sendiri." katanya. "Modal besar tanpa diiringi amanah mampu jeblok (bangkrut)," tambah ayah empat anak, masing-masing Anton Kusuma Pribadi (23), mahasiswa semester akhir STIE YKPN Jakarta, Diah Ratna Kusumawati, mahasiswa semester I STEI Yogyakarta, Diah Ratih Kusumawati (14), pelajar SMU Muhammadiyah II Yogyakarta serta Yudha Arief Kusuma Pribadi (11), pelajar SD kelas VI SDN I Pare.
Menekuni bisnis pertanian, pendapat dari putra kedua dari lima bersaudara ini, resepnya percis saja yang dengannya bisnis lain. "Yng penting istiqamah," katanya. Soal jatuh bangun, itu hal biasa dalam usaha. Seiring perjalanan waktu, bila istiqamah, seseorang bakal menemukan 'jalannya'. Bambang sendiri pernah nyaris bangkrut. Kejadiannya tahun l994, ia gagal panen karena faktor alam. Kerugian yang ditanggung mencapai Rp 1 miliar lebih. "Era itu saya benar-benar minus. Bila dihitung antara hutang serta jumlah aset, lebih tidak sedikit hutangnya," aku pria yng pun memimpin sejumlah yayasan, semisal Yayasan 4 Mei Pare, Apindo (Assosiasi Pengusaha Indonesia), serta Persatuan Penggilingan Padi Kabupaten Kediri.
Sejak peristiwa itu ia seakan disentakan pada sebuah fakta, sepintar-pintar kita-kita merencanakan, tetap Allahlah yng menentukan. "Di situlah pentingnya kedekatan kepada Allah," katanya mengambil pelajaran, "Saya butuh memperbaiki pengabdian saya." 'Cubitan' Tuhan itu kian menyadarkan Bambang Sumadji bagi atau bisa juga dikatakan untuk berkiprah lebih tidak sedikit dalam kegiatan sosial serta keumatan. Setiap tahun Bambang mengeluarkan 15% zakat usahanya dari laba bersih sebesar 500 - 700 juta rupiah. Dana zakat yang telah di sebutkan disalurkan kepada para bekerja pabrik, lembaga-lembaga sosial, dan buruh tani di lingkungan perusahaan.
Menjdai koordinator Kopermas (Koperasi Peran Dan Masyarakat) se-eks karesidenan Kediri serta Madiun, saya punya tanggung jawab memberdayakan ekonomi petani," ujar Bambang.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mewujudkan impian itu, Bambang ditarik oleh lembaga swadaya masyarakat PPM (Pusat Peran Dan Masyarakat) Jawa Timur. Lembaga ini berfungsi, di antaranya, menjdai penyalur KUT (Kredit Bisnis Tani), pengadaan pangan, penyediaan saprodi (sarana produksi padi), dan menampung hasil panen. "Kami sudah mendapat kepercayaan perbankan untuk menyalurkan KUT," papar ketua Departemen Usaha ini.
Masa mendatang, ia optimis prospek pertanian Amat cerah. Kalau selama ini dunia pertanian suram, lantaran memanglah system perniagaan pertanian yng dikembangkan Orde Baru menjatuhkan harga. "Harga-harganya sangat tidak menarik buat petani," tambahnya. Yng terlaksana lantas, bukan saja pertanian tak berkembang, namun pun tidak sedikit petani yng meninggalkan tanah garapannya. Orang-orang lebih memilih mengadu nasib ke kota-kota besar. Namun berkat reformasi, katanya, harga-harga hasil pertanian saat ini mengikuti harga internasional. "Nah, sekarang saatnya kembali ke pertanian," kata Bambang yng tahun ini memperoleh penghargaan The First Asia Executive of the Year. (bn)
Sumber : http://www.eciputra.com/berita-5735-bambang-sumadji-petani-beromzet-rp-50-miliar.html Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Mau Tau Kisah Petani Sukses Beromzet 50 Milyar?

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Mau Tau Kisah Petani Sukses Beromzet 50 Milyar?