Petani, Manusia Hebat Tahan Banting – Masalah Menggunung Tetap Tersenyum. Share ya Jika Setuju?

- Februari 26, 2017

Petani, Manusia Hebat Tahan Banting – Masalah Menggunung Tetap Tersenyum. Share ya Jika Setuju?

 
. . Indonesia merupakan negara agraris. Istilah agraris mengacu kepada mayoritas profesi di Indonesia yakni petani. Gelar kehormatan ini mampu dipertahankan ratusan malah ribuan tahun oleh bangsa ini, namun sesuai yang dengannya sensus pertanian tahun 2013 yng digelar oleh BPS menyatakan bahwasanya profesi pertanian turun drastis yakni menyentuh angka 26,13 juta dibanding sensus sebelumnya pada tahun 2003 sebesar 31,17 juta (JPNN/2015). Sejenak mari kita bernostalgia yang dengannya industri pertanian Indonesia. Pada abad ke 17, yang dengannya pertanian Indonesia menjadi pemain penting, malah merubah peta perpolitikan serta perdagangan dunia. Pada masa itu Inggris, Portugis, Sepanyol serta Belanda bersaing hebat merebut pengaruh di Hindia Timur. Bangsa-bangsa itu berlomba mencapai sumber rempah yng Amat tidak murah itu. Didasari buku Pulau Run, pada era itu Indonesia digambarkan menjdai surga. Di Barat andai orang membayangkan surga, maka orang-orang akan menggambarkan kondisi yng mirip yang dengannya Indonesia, yakni sebuah pulau yang dengannya aroma rempah-rempah serta laut-laut yng kaya dan tanahnya yng subur. Akan tetapi demikian hasil panen padi ataupun tanaman pangan meningkat dari tahun ke tahun, data yang terakhir dari Kementerian Pertanian menyebutkan Bojonegoro pada tahun 2013 sukses panen sebanyk 806.548 ton, walaupun naik dari tahun sebelumnya namun menurun andai dibandingkan tahun 2010 yng mencapai 900 ribu ton. Lantas mengapa menyebut petani merupakan kita-kita tahan banting dari Indonesia? berikut ulasannya. Masalah Pertanian Masalah pertanian sebetulnya secara umum pun dialami oleh para petani di seluruh Indonesia. Pertama merupakan pada masa tanam. Pada masa tanam merupakan masa paling krusial dari petani. Masalah yng timbul kebanykan merupakan masalah pupuk. Semisal pada tahun 2015, informasi ihwal kelangkaan pupuk pada musim tanam masih mendominasi informasi pertanian di Kabupaten Bojonegoro. Kelangkaan terlaksana lantaran tidak sedikit karena, diantaranya data yng tak akurat dari pemangku kepentingan pupuk bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipakai menjdai acuan perencanaan pengadaan pupuk bersubsidi. Selain itu pun terdapat pelanggaran hukum semisal penyelundupan serta penimbunan menjadikan pupuk langka. Petani Amat dirugikan yang dengannya kelangkaan pupuk ini, lantaran harga produksi akan membengkak akibat Perlu mengeluarkan uang ekstra bagi atau bisa juga dikatakan untuk menebus pupuk. Dibutuhkan sebuah sinergi antara para pemangku kepentingan pupuk serta penegak hukum bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperbaiki pola persebaran pupuk agar bisa tepat sasaran, tak tidak lebih serta tak diselewengkan. Masalah selanjutnya merupakan pasca panen. Petani, semisal industri lain pun butuh proteksi pasar dari pemerintah. Telah umum, bahwasanya harga era panen akan Amat jatuh. Ini merugikan petani. Saya tak tahu pasti berapa sebetulnya Harga Pokok Produksi padi per kilogramnya lantaran tak ada data yng tersedia. Akan tetapi terlihat dari serapan bulog yng rendah yang dengannya alasan harga pemerintah Amat rendah menandakan ada yng salah dari rantai perdagangan beras. Masalah lain-lainnya merupakan petani Perlu bersaing yang dengannya industri lain. Tidak sedikit petani yng Perlu merelakan sawahnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk dialihfungsikan menjdai lahan industri lain-lainnya. Padahal negara ini merupakan negara agraris, telah sepantasnya mengutamakan industri pertanian. Lahan pertanian Perlu diproteksi dari godaan-godaan industri lain-lainnya. Lantas ada lagi, masalah akses politik. Petani merupakan profesi yang dengannya akses politik paling rendah. Maksud saya begini, dalam era demokrasi era ini, seharusnya seluruh warga negara Indonesia mempunyai akses politik yng percis bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan protes serta itu tak terlaksana pada petani. Bukan lantaran dilarang oleh Pemerintah, namun petani biasanya Amat takut bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan protes terbuka serta ditambah lagi pengetahuan orang-orang yng tidak lebih memadai menjadikan gampang bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipatahkan argumentasinya. Andai profesi lain, misalnya buruh menuntut gaji naik maka yang dengannya gampang orang-orang melakukannya. Orang-orang tinggal demonstrasi didepan pemerintah maupun DPR serta lantas yang dengannya cepat pemerintah mengabulkan keinginannya. Buruh disaat demo, orang-orang telah membawa data yng matang menjadikan tuntutannya tak gampang dipatahkan. Petani disaat demo tak membawa data, cuma membawa keluhan, serta keluhan itu yang dengannya gampang bisa dipatahkan yang dengannya angka-angka statistik milik pemangku kepentingan lain-lainnya. Yang dengannya masalah-masalah diatas apakah petani Indonesia berhenti produksi? Bapak – bapak petani kita tetap yang dengannya senyum ikhlasnya setiap pagi mengayuh sepeda kebonya bagi atau bisa juga dikatakan untuk bercocok tanam demi memenuhi kebutuhan pangan Republik Indonesia, walaupun dikepung oleh industri-industri modern yng memperoleh proteksi luar biasa dari Pemerintah orang-orang tetap semangat serta ulet mengolah tanah. Maka pantas disematkan menjdai kita-kita tahan banting bagi petani. Sumber : http://www.kangrudi.com Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Petani, Manusia Hebat Tahan Banting – Masalah Menggunung Tetap Tersenyum. Share ya Jika Setuju?

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Petani, Manusia Hebat Tahan Banting – Masalah Menggunung Tetap Tersenyum. Share ya Jika Setuju?