Jalan Sunyi Menuju Petani Bermartabat dan Sejahtera (Pilihan Hidup Seorang Petani)

- Desember 31, 2016

Jalan Sunyi Menuju Petani Bermartabat dan Sejahtera (Pilihan Hidup Seorang Petani)

 
. . Kalau memanglah kita memilih menjadi Petani menjdai pilihan hidup, maka kita Perlu siap mental. Seorang Petani Perlu punya mental teguh serta berani berjalan sendiri menyusuri Jalan Sunyi. Maka andai terasa tak memiliki prasarat itu, sebaiknya batalkan saja niat menjadi Petani. Cerita ihwal Indonesia menjdai negara agraris yang dengannya letak geografis yng strategis, iklim yng mendukung, kaya akan sumber daya alam pendukung pertanian; semisal tanah yng subur, air melimpah, kekayaan hayati yng beraneka ragam, serta mempunyai sumber daya kita-kita yng cerdas, era ini butuh kita pertanyakan kembali.
Gambaran Umum Fakta yng kita alami era ini merupakan iklim yng sukar diprediksi, kekayaan hayati makin berkurang, sumber daya alam pendukung pertanian yng semakin menipis, suplai pangan yng bergantung dari negara lain, serta Perlu diakui generasi Indonesia saat ini masih kalah cerdas serta bermartabat dibanding yang dengannya generasi Tan Malaka, Syahrir, Soekarno ataupun Hatta. Petani, menjdai profesi mayoritas selain buruh ataupun pekerja, salah satunya golongan tak mampu mengakses pendidikan tinggi. Dalam bahasa simpel, bangsa ini sudah bangkrut. Sumber daya alamnya habis, hutangnya tidak sedikit, namun mayoritas masyarakatnya miskin serta bodoh. Akhirnya bangsa ini terbelit lingkaran setan: miskin – bodoh – tak produktif, lantas tambah miskin – bodoh serta seterusnya.
Mencari Solusi Pengganti yng Masuk akal & Realistis Disaat kita berupaya merunut kenapa, bagaimana itu terlaksana serta siapa yng bertanggungjawab, maka jawaban yng paling Suka muncul merupakan lantaran pemerintah salah mengelola bangsa ini. Pembangunan lebih ditekankan pada pertumbuhan ekonomi, akan tetapi manusianya (masyarakat) malah dijadikan obyek pembangunan. Pemerintah menjdai pemegang otoritas pengelolaan negeri ini, belum mampu – kalau tak mau dikatakan belum mau bagi atau bisa juga dikatakan untuk berpihak pada rakyat jelata, mungkin menganut system pro kapitalis.
Menuduh salah serta saling menuduh salah tak akan menyelesaikan masalah. Langkah yng lebih penting sesudah menemukan akar permasalahannya merupakan bagaimana mencari solusi pengganti yng tepat. Andai pemerintah serta para penentu kebijakan publik negeri ini belum mampu diharapkan, maka solusi pengganti yng masuk akal serta realistis merupakan Petani Perlu berdikari !
Perjuangan menuju kemandirian Petani. Kelemahan yng dimiliki generasi petani kita era ini setidaknya ada tiga. Pertama, mengenai Teknis Pertanian.Pada tingkatan On-farm, generasi petani kita era ini telah kehilangan pengetahuan serta ketrampilan dalam menyediakan sarana produksi bisnis tani secara berdikari. Pupuk, insektisida, herbisida, malah benihnya semuanya diperoleh yang dengannya membeli atau juga bergantung pada pabrik yng notabene sebagian besar sahamnya milik bangsa asing. Padahal kita masih mempunyai aneka ternak yng bisa mendukung bisnis pertanian, semisal kerbau, sapi, kambing, unggas, malah di beberapa daerah ada hewan liar semisal kelelawar, yng kotorannya bisa diolah menjadi pupuk organik, yng ramah lingkungan.
Memanglah belakangan ini muncul macam-macam merek pupuk organik, yng relatif baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk lingkungan andai dibanding yang dengannya pupuk sintetis buatan pabrik, akan tetapi andai petani tetap Perlu membeli, petani tetap tak berdikari. Belum lagi maraknya pemalsuan pupuk, ataupun sertifikasi produk organik yng hampir belum ada pengawasannya.
Jalan yng Perlu ditempuh oleh petani -- serta ini langkah yng tak mampu dikompromi, merupakan orang-orang Perlu mampu menyediakan secara berdikari seluruh sarana produksi, mulai dari penyediaan benih lokal, dan penyediaan pupuk, insektisida, herbisida organik yng berasal dari sumber daya alam setempat.
Petani pun Perlu kembali mempergunakan alat-alat pertanian semisal sabit, cangkul, mata bajak yng ditarik ternak sapi ataupun kerbau dalam mengolah tanah, daripada mempergunakan traktor yng berat yng menghasilkan tanah menjadi padat ataupun pejal. Ternak selain tenaga serta kotorannya dimanfaatkan, pun adalah sumber protein bagi keluarga. Selain itu ternak bagi petani adalah adalah jenis tabungan ataupun aset yng gampang dicairkan.
Kedua, mengenai Manajemen Bisnis Tani. Generasi petani saat ini tak mempunyai kemampuan mengelola bisnis pertaniannya. Orang-orang hampir tak mempunyai pengetahuan serta ketrampilan dalam membuat perencanaan, dari tahap produksi sampai-sampai pemasaran. Penentuan jenis komoditi yng dibudidayakan tak didasarkan dari survey pasar, pengertiannya belum mempunyai orientasi memproduksi komoditi sesuai yng dimau-kan pasar ataupun konsumen. Ditambah pengetahuan serta ketrampilan dalam membudidayakan komoditi pun rendah. Akibatnya seringkali sesudah panen, komoditi orang-orang tak diterima pasar, mampu lantaran mutunya rendah, ataupun kalau kebetulan mutunya baik namun overproduksi menjadikan harganya terjun bebas. Padahal dalam ilmu manajemen, perencanaan (planning) wajib hukumnya!
Petani belum mampu memenuhi tuntutan pasar: 4 K, kualitas, kuantitas, Kontinuitas, serta Kepercayaan. Maka mulai saat ini, petani Perlu berani bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar ! Selanjutnya, generasi petani kita era ini tak mempunyai otoritas dalam menentukan harga komoditas yng orang-orang hasilkan. Disaat panen orang-orang malah bertanya kepada pedagang, berapa harga beras saya ? begitu pun yang dengannya komoditi singkong, jagung, kedelai, kakao serta seterusnya.
Ketiga, merupakan mengenai manajemen Organisasi. Kembali pendapat dari ilmu manajemen, sesudah perencanaan di lakukan, butuh dimantapkan yang dengannya melakukan pengorganisasian (organizing). Petani Perlu berani jujur mengakui keterbatasannya menjdai individu, maka Perlu mau bersatu – yang dengannya jalan berkelompok. Didalam kelompok ini dia di lakukan perencanaan produksi, baik mengenai jenis komoditi maupun luasan lahan (nantinya berkaitan yang dengannya volume yng diperoleh) sampai-sampai melakukan pemasaran secara bersama -secara kelompok malah asosiasi.
Yang dengannya pemasaran bersama, maka posisi tawar petani meningkat, serta menjadi sejajar yang dengannya pedangang! Petani butuh uang - pedagang butuh barang, suatu simbiosis mutualisme, dimana bisa disepakati harga komoditi yng adil sesuai yang dengannya kualitas komoditi. Sedangkan pada tingkatan off - farm, pengetahuan serta ketrampilan generasi petani kita dalam mengelola komoditi sejak keluar dari lahan pun masih rendah. Kasus yng Suka terlaksana, yang dengannya budidaya yng tanpa perencanaan produksi, maka harga komoditi terjun bebas. Akan tetapi yang dengannya berkelompok, petani selain melakukan perencanaan produksi serta pemasaran bersama, mampu pun mengatasi harga yng anjlog tadi. Pertama, melakukan penanganan paska-panen yang dengannya benar bagi atau bisa juga dikatakan untuk melindungi kualitas komoditi. Kualitas yng baik akan mendongkrak harga komoditi.
Kedua, pada era harga rendah, petani melakukan penyimpanan komoditi kelompok yang dengannya benar secara bersama, menjadikan kualitasnya tetap terjaga, baru sesudah harganya tinggi barang dilepas ke pasaran.
Ketiga, petani bisa mengupayakan pengolahan komoditi menjadi produk, bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan nilai ataupun harga komoditi. Misalnya mengolah singkong menjadi gaplek ataupun tepung ataupun menjadi makanan, malah menjadi bio-diesel. Jagung bisa diolah menjadi makanan ternak, maupun makanan kita-kita. Jahe, kunir, temulawak serta jenis empon-empon lain bisa diolah menjadi produk minuman instan yng menyehatkan. Cabai, rempah, ataupun sayur-mayur bisa diolah menjadi bumbu siap saji yng mempunyai kandungan gizi lengkap bagi atau bisa juga dikatakan untuk keluarga.
Keempat, generasi petani saat ini tak lagi memiliki lahan yng luas bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan usahanya. Maka selain Perlu kreatif & inovatif, petani Perlu mampu melakukan lobby ataupun negosiasi yang dengannya pemerintah serta stakeholder lain, semisal asosiasi profesi lain, ataupun ormas lain bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperjuangkan landreform di wilayahnya. Kelima, petani tak mempunyai kebanggaan akan profesinya, dan komoditi yng dihasilkannya, mulai secara fanatik mempergunakan produknya, serta menolak produk sejenis yng berasal dari luar wilayahnya.
Petani Bermartabat & Sejahtera Semisalnya petani mau bersatu, maka akan menjadi satu kekuatan dasyat yng sulit dicari tandingannya. Butuh diingat, solusi pengganti yng ditawarkan di atas, cuma mampu sukses andai petani berjuang secara terorganisisr serta sistematis. Perjuangan butuh pengorbanan di muka, serta buah manisnya baru mampu dicecap belakangan. Maka konsisten pada tujuan perjuangan merupakan keharusan. Nyalakanlah terus harapan di hati bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjadi kita-kita yng berdikari, lebih bermartabat serta sejahtera. Nasibmu ada ditanganmu, bersatu & bergeraklah ! Sumber : http://tulisancalonpetani.blogspot.co.id/2014/03/jalan-sunyi-petani.html Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Jalan Sunyi Menuju Petani Bermartabat dan Sejahtera (Pilihan Hidup Seorang Petani)

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Jalan Sunyi Menuju Petani Bermartabat dan Sejahtera (Pilihan Hidup Seorang Petani)