Petaniku, Gunakan “Cangkulmu” Untuk Meraih Mimpi Besarmu

- Januari 26, 2017

Petaniku, Gunakan “Cangkulmu” Untuk Meraih Mimpi Besarmu

 
. . Pagi menyingsing disertai semburat sinar keemasan di cakrawala. Bunyi kokok ayam serta kepul asap dapur menemani mentari yng datang mencairkan embun. Nampak dari kejauhan beberapa lelaki memanggul cangkul menuju ke ladang, tengah hari baru pulang ke rumah serta kembali lagi sore harinya. Lantas era malam tiba orang-orang akan berkumpul pada suatu tempat bagi atau bisa juga dikatakan untuk sekedar bercengkerama santai membahas kondisi ladang sambil mengisap rokok ditemani secangkir kopi serta berselimut sarung. Nuansa Anget ini tercipta hampir sehari-hari serta seolah sudah menjadi ritual rutin yng kekal khas masyarakat perdesaan pegunungan.

Semisal itulah kira-kira rutinitas para petani di tempat pegunungan. Di tengah keletihan fisik orang-orang tetap menjalankan pekerjaan yang dengannya iklas. Bagi orang-orang, bertani lebih dari sekedar mata pencaharian. Bertani merupakan sebuah proses ke hidup-an yng Perlu dijalani yang dengannya iklas. Disaat melihat ladang serta tanaman tumbuh yang dengannya baik, hal itu akan membawa ketenangan batin. Itulah yng menghasilkan petani biasanya melakoni ke hidup-an yang dengannya penuh kepasrahan. Dalam interaksi ke hidup-an sosial pun nuansa kebersamaan serta kehangatan senantiasa dijalankan. Tidak pernah tidak ingat bagaimana jiwa gotong royong serta tepo seliro masyarakat desa begitu mengakar kuat sampai-sampai menjadi brand image.
Akan tetapi, sikap pasrah, polos serta simpel para petani desa sudah memberikan dampak. Semangat bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengenyam pendidikan formal umumnya rendah. Menjadikan orang-orang menganggap pendidikan adalah kebutuhan yng tak penting serta tak memberikan manfaat. Rendahnya kesadaran akan tingkat pendidikan membuat petani minim inovasi dan enggan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendapatkan sesuatu yng baru. Kemampuan bertani biasanya diperoleh secara turun-temurun. Keengganan bagi atau bisa juga dikatakan untuk belajar mendapatkan hal yng baru adalah refleksi dari sikap mempertahankan sesuatu yng sudah dikerjakan secara turun-temurun. Menjadikan tidak heran andaikan Suka penyuluh pertanian datang memberikan ilmu, berita, dan membawa metoda bertani yng lebih baik akan sulit diterima. Padahal sektor pertanian Amat butuh inovasi serta update berita dan pengetahuan, serta itu butuh keterbukaan dari petani bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendapatkan hal baru.
Akan tetapi, sikap kepasrahan oleh petani ini sebenarnya pun melahirkan filosofi hidup yng apa adanya serta tak berambisi. Dimungkinkan kontaminasi dari tingginya taraf pendidikan merupakan harapan akan ke hidup-an yng lebih baik, cerminan dari hal itu tentu saja tingginya ambisi bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencapai maupun meraih kesejahteraan. Petani biasanya terjaga dari hal itu. Variasi ke hidup-an orang-orang lebih dibatasi. Jiwa hedonism serta ambisius seolah masih jauh dari petani gunung yng bertempat tinggal di desa-desa dataran tinggi. Cuma ada kepasrahan dalam mendapatkan hidup. Menjadikan disaat petani selalu didorong bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan taraf ke hidup-an orang-orang cuma menjawab “nrimo opo ananing pandum”.
Sikap pasrah serta kebersahajaan petani ini memanglah Suka dikritik. Tidak sedikit yng mengatakan orang-orang tak punya konsep hidup yng terperinci. Tak mempunyai ambisi yng nyata. Tanpa ambisi yng kuat bagi atau bisa juga dikatakan untuk berganti mana mampu ke hidup-an orang-orang diubah?. Tanpa keinginan yng kuat bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendapatkan hal yng baru apa mungkin pengetahuan orang-orang akan bertambah?. Yang dengannya kata lain, bagi atau bisa juga dikatakan untuk merubah wajah pertanian Indonesia maka rubah dulu wajah petaninya. Tanpa kontribusi dari petani maka tak akan ada hal besar yag bisa diraih bagi atau bisa juga dikatakan untuk memajukan pertanian.
Akan tetapi, sikap pasrah ini sebenarnya melahirkan filosofi berfikir yng idealis. Sikap ini melahirkan jiwa saling membagikan serta befikir positif. Andaikan tidak sedikit orang berpendapat bahwasanya tengkulak itu merupakan pengganggu dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani. Maka beberapa petani yng berfikir positif memandang lain. Orang-orang meyakini bahwasanya rezeki dari Tuhan bukanlah monopoli. Tuhan memberikan rezeki yng memanglah Perlu dinikmati seluruh orang. Sungguh ini adalah sebuah pemikiran yng penuh yang dengannya kebijaksanaan hidup. Landasan keyakinan bahwasanya Tuhan sudah memberikan rezeki kepada seluruh makhluknya tanpa terkecuali itu seolah menuntun orang-orang menjauhi ketamakan, serta ambisi berlebihan. Bagi petani kelelahan fisik itu jauh lebih baik daripada kelelahan pikiran. Pekerjaan berat yng orang-orang lakukan sehari-hari, bergumul yang dengannya terik matahari akan berakhir yang dengannya rebah tubuh di pembaringan disaat beristirahat. Akan tetapi, ketamakan, ambisi mengejar materi cuma akan membuat hidup menjadi tak tenang, jauh dari Tuhan serta mendekatkan orang-orang pada kesombongan.
Untuk itu, akan tidak lebih tepat andaikan dianggap petani desa yng bersahaja ini tak mempunyai konsep hidup yng terperinci. Konsep hidup orang-orang sangatlah terperinci yaitu menjadi kita-kita yng taat akan ajaran yng diyakini, senantiasa pasrah akan pemberian Tuhan kepada orang-orang. Walaupun tak seluruh petani desa semisal ini. Namun setidaknya, ini adalah semisal dimana masih tidak sedikit sikap hidup penuh kepasrahan. Kondisi ini sadar ataupun tak sudah melanggengkan budaya kearifan yng menjadi kebanggaan bangsa ini.
Sejatinya, perubahan petani merupakan sebuah keharusan. Petani modern yng sejahtera merupakan mimpi yng Perlu diperjuangkan. Peningkatan kapasitas serta kapabilitas petani butuh di lakukan yang dengannya mengkombinasikan banyak sekali hal penting. Pendidikan terapan digalakan, teknologi modern mulai diperkenalkan, dorongan, motivasi, peluang serta pendampingan kepada petani gunung ini Perlu selalu dilaksanakan secara kontinyu, serta upaya pelibatan petani dalam rangka memajukan diri orang-orang sendiri. Akan tetapi, merubah wajah petani tak berguna merubah karakternya. Memodern kan petani tak Perlu membuang sikap kebersahajaan orang-orang. biarlah ciri khas ini tetap ada pada petani desa. tak ada salahnya andaikan filosofi hidup orang-orang berjalan berdampingan yang dengannya modernisasi pertanian. Lantaran hal itulah yng nantinya akan menjadi kontrol serta pembeda ditengah jenuhnya dunia akan faham-faham materialistik. Tentu saja kita akan memimpikan petani yng maju, modern, serta kuat. Akan tetapi jangan hingga tidak ingat, siapa diri kita sebetulnya, serta darimana kita berasal.
Avi Budi Setiawan, SE.,M.Si Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Petaniku, Gunakan “Cangkulmu” Untuk Meraih Mimpi Besarmu

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Petaniku, Gunakan “Cangkulmu” Untuk Meraih Mimpi Besarmu