Mari Wujudkan Swasembada Pangan Tanpa Korupsi

- Januari 29, 2017

Mari Wujudkan Swasembada Pangan Tanpa Korupsi

 
. . Tanggal 23 September kelak kita akan memperingati Hari Tani Nasional. Di era SBY tanggal ini pun sudah ditetapkan menjdai Hari Agraria Nasional. Menteri Pertanian menyatakan bahwasanya andai tidak ada pengaruh berguna dari elnino, diperkirakan tahun 2016 swasembada pangan tercapai. Kedaulatan pangan serta keadilan agraria sudah juga menjadi rencana utama Pemerintahan Jokowi. Akan tetapi, dominasi perusahaan multinasional dalam sektor benih akan menandai sejarah swasembada pangan di artikel ini menjdai swasembada pangan tanpa kedaulatan Petani.

Komitmen bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengurangi impor pangan sudah sudah menciptakan kesenjangan pasokan yng diikuti oleh lonjakan harga. Di sayangkan lonjakan harga di tingkat konsumen tak diikuti oleh kenaikan harga di petani. Kesimpulan sementara, kenaikan harga lebih menguntungkan pedagang antara dibandingkan petani serta disparitas terus meningkat.
Bustanul Arifin (2012) mengingatkan bahwasanya disparitas ini malah terus memburuk sejak reformasi. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk beras mencapai 1.500 rupiah. Kenaikan harga ini sudah berkontribusi pada tingginya inflasi. Sejak Januari sampai-sampai pertengahan September 2015, harga beras di pasaran sudah meningkat 14,5 % (BPS, 2015) serta berkontribusi besar terhadap kenaikan angka kemiskinan sebesar 0.26 % dari tahun sebelumnya.
Postur Anggaran Minus Riset? Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendorong laju produksi pangan Pemerintahan Jokowi sudah menaikan anggaran di sektor ini sampai-sampai mencapai 126,6 triliun rupiah pada RAPBN 2016. Bersamaan yang dengannya kenaikan anggaran, luas panen bagi atau bisa juga dikatakan untuk tiga komoditi utama (padi, jagung serta kedelai) bergeser ke luar Jawa serta Bali. Ini menunjukan orientasi pertanian pangan ikut mulai terdistribusi ke luar Jawa serta Bali, meski pergeseran baru mencapai 4,3 % dalam kurun waktu sepuluh tahun yang terakhir.
Belum diketahui pasti apakah pergeseran luas area tanam ke luar Jawa serta Bali ini pun diikuti oleh distribusi anggaran. Dalam nota keuangan yng disampaikan Agustus 2015, anggaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk pupuk bersubsidi mencapai 30 triliun rupiah, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi atau bisa juga dikatakan untuk perbaikan system pengairan di sektor pertanian mencapai 20 triliun rupiah. Anggaran ini melonjak drastis dibandingkan pada pemerintahan sebelumnya. Distribusi pupuk masih menghadapi masalah klasik berupa penjualan kembali pupuk. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk ini dalam kongres HKTI (31/7/2015) Jokowi menyatakan akan merubah skema pupuk bersubsidi.
Sementara perbaikan system pengairan terkendala rendahnya serapan anggaran di daerah. Alasan utama yng disampaikan tidak sedikit kepala daerah merupakan kekhawatiran mengenai ancaman pidana korupsi. Meski tidak sedikit kalangan terasa tidak lebih efektif, Jokowi merespon yang dengannya menerbitkan surat edaran bahwasanya kebijakan tidak mampu dipidanakan. Di luar dinamika yang telah di sebutkan, satu hal yng menjadi tanda tanya disaat melihat postur anggaran kedaulatan pangan yng sudah disampaikan oleh Jokowi merupakan alokasi anggaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk riset pangan. Tidak terlihat alokasi signifikan bagi atau bisa juga dikatakan untuk riset pangan, lebih-lebih bagi atau bisa juga dikatakan untuk teknologi pembenihan. Mungkin anggaran riset terapan masuk ke dalam anggaran Kementerian serta Lembaga.
Publik butuh mengetahui arah kebijakan riset serta pengembangan pangan berikut dukungan anggarannya bagi atau bisa juga dikatakan untuk memastikan apakah riset serta proyek pengembangan memanglah akan mendukung kedaulatan pangan. Menjdai semisal, promosi penggunaan teknologi Combine Harvester bagi atau bisa juga dikatakan untuk paska panen oleh Litbang Kementerian Pertanian sudah mendapatkan kritik dari lembaga studi Akatiga (2014). Meski jauh lebih efisien dalam hal waktu, Akatiga menyatakan bahwasanya pemanfaatan teknologi ini berdampak pada hilangnya pendapatan tenaga kerja paska panen dalam jumlah besar yng biasanya perempuan.
Publik butuh mengetahui arah pengembangan teknologi pangan ke depan. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk Siapa Orang-orang Bertani? Diagram produksi tiga komoditi pangan berikut menngisyaratkan adanya perbedaan pola produksi masing-masing komoditi, yaitu: padi, jagung serta kedelai. Pada komoditi padi tampak kenaikan produksi diiringi keseringan luas panen yng percis. Yang dengannya kata lain, perkembangan produksi padi relatif tidak mengalami perubahan teknologi yng berguna. Berbeda yang dengannya padi, pada perkembangan produksi jagung terlihat perubahan teknik yng Amat signifikan. Tahap pertama terlaksana sesudah tahun 2007 dimana kenaikan produksi diikuti keseringan luas panen yng lebih rendah yang dengannya periode sebelumnya (Q-Q’).
Perubahan tahap kedua terlaksana sesudah tahun 2010. Kenaikan produksi relatif tak diikuti yang dengannya keseringan pertambahan luas panen (Q'-Q"). Begitu pun yang dengannya komoditi kedelai, perubahan teknik yng berguna terlaksana sesudah tahun 2010. Sekilas perubahan yang telah di sebutkan menunjukan lonjakan produktifitas yng fantastis. Apakah hal ini informasi gembira bagi atau bisa juga dikatakan untuk swasembada pangan? Dari sisi produksi lonjakan produktifitas ini mencerminkan kesuksesan intensifikasi pertanian. Proses produksi menjadi tak lapar lahan.
Bagaimana kejadian produktifitas fantastis ini mampu terlaksana pada komoditi jagung serta kedelai? Pada tahun 2007 Undang-Undang Penanaman Modal baru disahkan, serta asing diperbolehkan melakukan investasi sampai-sampai 95 % di sektor pertanian. Perusahaan multi nasional, semisal Monsanto, Cargill, BASF serta lain-lainnya makin memperoleh kesempatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menguasai pasar Indonesia. Menghadapi situasi yang telah di sebutkan Undang-Undang No. 13 tahun 2010 perihal Holtikultura lantas disahkan serta investasi asing di sektor benih terbatas maksimum 30%. Tidak puas yang dengannya regulasi yang telah di sebutkan, uji materi oleh asosiasi perusahaan benih diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi Mahkamah menolak permohonan orang-orang serta berpendapat bahwasanya benih menjdai satu dari sekian banyaknya cabang produksi yng penting bagi hajat hidup orang tidak sedikit Perlu dikuasai oleh negara. Ironisnya, sebelum mengakhiri masa Jabatan, Presiden SBY menerbitkan Perpres No. 39/2014 yng memperluas kesempatan dominasi investasi asing di sektor benih. Perpres ini mengatur bahwasanya kepemilikan modal asing maksimal 95 %, bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisnis industri perbenihan perkebunan yang dengannya luas 25 Ha yang dengannya perizinan khusus. Meski produktifitas meningkat, petani mulai bergantung pada benih yang telah di sebutkan. Para petani Indonesia yng biasanya berlahan dibatasi serta tidak terorganisir tetap menjadi korban di jaringan distribusi yng sudah dikuasai oleh para tengkulak serta Industri pemanfaat hasil pertanian orang-orang serta kartel benih hasil rekayasa genetik. Kenaikan produktifitas tidak bertahan lama menguntungkan petani, lantaran harga benih secara pasti merambat naik. Kembalinya Rezim Tanam Paksa Dominasi perusahaan multinasional dalam pasar benih sudah menjadi sorotan dunia. Keuntungan orang-orang berlipat ganda meski di aneka macam wilayah terlaksana krisis pangan.
Tidak cukup hingga di situ, perilaku orang-orang pun kerap menuai kecaman. Monsanto misalnya, di kenai sanksi oleh Pemerintah Amerika Serikat lantaran terbukti melakukan praktik suap terhadap pejabat pemerintah Indonesia dalam penanaman kapas transgenik pada tahun 1997-2003. Di Indonesia, Monsanto serta Cargill sudah bekerja percis yang dengannya BRI bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempromosikan penggunaan bibit rekayasa genetik orang-orang ke para petani Indonesia.
Kegiatan ini patut dipantau oleh publik, lantaran andai diperluas kekuatan orang-orang makin tidak terpatahkan. BRI menjdai bank milik negara yng sudah mempunyai sejarah panjang bagi atau bisa juga dikatakan untuk melayani masyarakat akar rumput akan menjadi sumber pembiayaan yng Amat menguntungkan orang-orang. Pada tahun 2010 beberapa Petani di Kediri terpaksa Perlu ditahan oleh Polisi atas dugaan melanggar perlindungan hak kekayaan intelektual yng dimiliki oleh perusahaan multinasional ini. Orang-orang sukses memuliakan benih jagung yng orang-orang beli.
Petani ditahan yang dengannya tuduhan melanggar Undang-Undang System Budaya Tanam (UU SBT) yng mensyarakatkan penjualan benih bersertifikat. Tidak ada perlindungan dari Pemerintah terhadap para petani polos ini. Melalui uji materi ke Mahkamah Konstitusi, akhirnya pasal 5, 6, 9 serta 12 pada UU SBT dibatalkan lantaran dinyatakan bertentangan yang dengannya Konstitusi. Pengalaman yng mirip pada tahun 1999 pernah dialami oleh Vernon Hugh Bowman, petani kedelai berusia 78 tahun di Indiana Amerika Serikat. Bowman dituntut membayar rubah rugi USD 85.000 kepada Monsanto lantaran mempergunakan benih generasi kedua dari benih milik Monsanto yng dimodifikasi secara genetik.
Monsanto mengembangkan benih terminator, yaitu benih yng cuma mampu ditanam satu kali agar petani tidak bisa menyimpan serta mempergunakan bagi atau bisa juga dikatakan untuk penanaman selanjutnya. Kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional yng dilindungi oleh rezim hak cipta serta terkadang didukung oleh institusi pembiayaan lokal sudah memerangkap petani ke dalam rezim tanam paksa baru. Goresan pena ini cuma bermaksud bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengingatkan kembali mengenai kritik yng pun telah diungkapkan oleh tidak sedikit pihak. Andai kita tidak melakukan perubahan kebijakan secara fundamental, rezim pengusung kedaulatan pangan sebenarnya tengah memelihara kelangsungan transformasi politik imperatif tanam paksa era pemerintahan kolonial melalui kekuatan modal serta penguasa pasar. Swasembada pangan boleh jadi tercapai, namun tanpa kedaulatan petani serta korupsi.
Sumber : www.kompasiana.com
Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Mari Wujudkan Swasembada Pangan Tanpa Korupsi

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Mari Wujudkan Swasembada Pangan Tanpa Korupsi