Kisah Petani Singkong yang Sukses di Lampung

- Januari 06, 2017

Kisah Petani Singkong yang Sukses di Lampung

 
. .
Era ini, singkong, semisal pun produk agro lain-lainnya; sawit, karet serta tebu, sedang booming serta mendatangkan rejeki berlimpah ke petani serta agen. Naiknya harga minyak membuat produk substitusi di cari tidak sedikit kalangan, singkong menjdai satu dari sekian banyaknya bahan baku bio fuel pun menjadi primadona serta intensif di budidayakan. Apalagi teknik budidaya singkong relative gampang, murah, tahan penyakit serta mampu tumbuh di lahan yng kritis sekalipun….! P Nyoman, Petani simpel ini pun berprofesi menjdai guru SMA, beliau adalah transmigran dari Bali sejak tahun 60-an. Era ini mengelola ratusan hektar tanaman singkong serta ber mitra yang dengannya petani-petani lain dalam kelompoknya. Menjdai seorang pemimpin kelompok tani, Pak Nyoman pun menjadi agen yng menjembatani penjualan panen singkong dari petani-petani ke pabrik di sekitar wilayah lahan, baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk bahan baku industri tepung tapioca maupun bagi atau bisa juga dikatakan untuk ethanol. Pengalaman puluhan tahun menjdai petani singkong membuat beliau punya jaringan yng Amat luas dikalangan petani, apalagi sesama komunitas transmigran bali yng masih Amat erat kekerabatannya. Menjdai agen sebuah pabrik besar P Nyoman di berikan target harian bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu memenuhi kebutuhan pabrik, angka 100 – 150 Ton singkong segar per hari bukanlah target sulit bagi atau bisa juga dikatakan untuk dicapai. Saat ini, mari kita coba hitung berapa omzet harian serta bulanan beliau menjdai agen serta kita estimasi pendapatan bulanannya. Pun penghasilan menjdai coordinator kelompok tani. Yang dengannya semakin banyaknya pabrik berdiri, baik pabrik tepung tapioca maupun bio fuel, kebutuhan akan supply singkong meningkat, sedangkan perkembangan luas lahan relative lambat serta masih Perlu ber kompetisi yang dengannya jenis tanaman lain; karet, tebu serta sawit yng pun sedang booming serta menguntungkan. Kondisi ini memicu harga singkong naik tajam dari rentang Rp. 200 – 300 /kg di tahun 2006 menjadi Rp 400 – 500/kg an di sepanjang 2007 serta demam isu di tahun 2008 di prediksikan akan makin naik. Yang dengannya asumsi harga rata-rata Rp. 425/kg maka omset harian beliau merupakan Rp. 425 x 100,000 kg = Rp. 42,500,000 serta yang dengannya asumsi pabrik ber operasi 25 hari kerja per bulan maka omset P Nyoman mencapai Rp. 1,062,500,000 / bulan…Fantastis bukan..??? Pakem yng berlaku dalam proses jual beli singkong dari petani – agen – pabrikan, umumnya agen akan mendapatkan keuntungan/fee sebesar Rp. 10 – 15 dari pabrik. Yang dengannya target 100 Ton/hari, 25 hari kerja serta asumsi fee Rp. 10/kg maka keuntungan/fee dari keagenan sebesar Rp. 25 juta/bulan…sebuah angka yng Amat besar…siapa tau setara yang dengannya manager senior di bank-bank yng telah mapan…!! Tentunya bagi atau bisa juga dikatakan untuk mensupply 100 Ton/hari, P Nyoman dibantu oleh pekerja ataupun saudara-saudara nya yng lain, namun tetap saja penghasilan yng diterima Amat wah…!! Dari aktifitas bertanam singkong serta mengkoordinir kelompok tani, beliau pun masih mendapatkan keuntungan lagi yng jumlahnya pun cukup besar. Menjdai gambaran biaya budidaya tanaman singkong per hektar rata-rata merupakan Rp. 4.5 juta/Ha yang dengannya rincian menjdai berikut :Sewa tanah Rp. 1,000,000/Ha Pengolahan Lahan Rp. 1,000,000 Pemupukan Rp. 1.600,000 Tenaga Kerja Rp. 900,000. Yang dengannya perawatan yng baik serta pemupukan yng tepat, mampu menghasilkan singkong sebesar 30 Ton/Ha yang dengannya rendemen 24% bagi atau bisa juga dikatakan untuk waktu penanaman 10 – 12 bulan. Harga di pabrik-pabrik di Lampung era ini berkisar di angka Rp. 450/kg….maka bagi atau bisa juga dikatakan untuk hasil panen 30 Ton/Ha akan menghasilkan 30,000 kg x 450 = Rp. 13,500,000, masih dipotong ongkos transport serta cabut Rp. 100 x 30,000 = Rp 3,000,000……..hasil bersih Rp. 10,5 juta yang dengannya modal awal Rp. 4,5 juta ( itupun yang dengannya asumsi lahan sewaan, kalau lahan sendiri hasil akan lebih besar lagi…!). Sebuah investasi yng Amat menarik bukan Keluarga P Nyoman mempunyai lahan 15 Ha, maka dari hasil bertanam singkong, keluarga petani ini mendapatkan penghasilan Rp. (10,5 jt – 4,5 jt ) x 15 Ha = Rp. 90 juta/panen ataupun setahun. Jumlah yng cukup lumayan…belum lagi dari kegiatan coordinator kelompok tani yng jumlah nya ratusan hektar, beliau masih mendapatkan fee tambahan Rp. 10 bagi atau bisa juga dikatakan untuk setiap kilo hasil panen singkong. Perbincangan yang terakhir saya yang dengannya Pak Nyoman minggu lalu, beliau telah ber ancang-ancang menggati kendaraan beroda empat Suzuki Katana tuanya yang dengannya Nissan Terano terbaru, agar lebih gampang masuk lahan katanya……sebuah aktifitas off road yng menguntungkan tentunya. Kamu tentu mengira cerita diatas hanyalah segelintir dari ribuan petani lain yng susah hidupnya….Akan tetapi jangan salah…! Di Lampung, cukup tidak sedikit petani / agen singkong yng malah ber omzet serta penghasilan lebih besar dari P Nyoman. Mudah-mudahan goresan pena ini sharing kecil saya bagi atau bisa juga dikatakan untuk temen-temen, didasari pengamatan sehari-hari di daerah Lampung sebagi pusat penghasil singkong terbesar di Indonesia. Mudah-mudahan mampu memberikan inspirasi, memberdayakan lahan-lahan kosong serta menaikkan pendapatan petani kita.
Sumber : http://kisahsukses.info/kisah-p-nyoman-petani-singkong-yang-sukses-di-lampung.html Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Kisah Petani Singkong yang Sukses di Lampung

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kisah Petani Singkong yang Sukses di Lampung