Pemuda Di tanganmulah Harapan Terakhir Memajukan Bangsa Agraris

- Desember 30, 2016

Pemuda Di tanganmulah Harapan Terakhir Memajukan Bangsa Agraris

 
. . Indonesia dikenal menjdai negara agraris lantaran sebagian besar penduduk Indonesia memiliki pencaharian pada bagian pertanian ataupun bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2013 menunjukan jumlah petani di Indonesia mencapai 31,7 juta orang. Meskipun ada keseringan terus berkurang akan tetapi jumlah ini menempati urutan pertama profesi di negeri ini. Selain itu, negara ini pun mempunyai lahan seluas lebih dari 31 juta hektar yng sudah siap tanam, dimana sebagian besarnya bisa didapati di pulau Jawa. Menjdai negara yng Amat potensial di sektor pertanian, telah selayaknya Indonesia menjadi satu dari sekian banyaknya negara makmur di dunia. Bagaimana tak, kekayaan negeri ini Amat melimpah ruah. Di segala sektor ke hidup-an memberi jaminan secara pasti kesejahteraan kita-kita. Akan tetapi di sayangkan, kualitas sumber daya kita-kita yng ada di Indonesia belum sebanding yang dengannya ketersediaan sumber daya alam yng ada.
Sebuah ironi. Negeri yng menyandang predikat agraris ini nyatanya tak mampu melakukan regenerasi petani yang dengannya baik. Regenerasi petani sepertinya telah digerus zaman. Anak-anak muda telah tak mau lagi menjadi petani. Disaat kesejahteraan telah tak mampu didapat lagi dari lahan pertanian, orang-orang pun meninggalkannya. Akibatnya, jumlah petani makin menyusut serta tinggalah orang-orang yng tua yng masih bertahan. Bertahan di tengah himpitan sulitnya bertani lantaran harga pupuk yng tidak murah serta harga jual yng tak begitu menguntungkan.
Menjadi kajian yng Amat menarik disaat kita berbicara ihwal minat generasi muda yng makin berkurang pada sektor pertanian. Pertama, adanya keseringan para pemuda lebih-lebih yng tinggal di daerah pedesaan tidak lebih tertarik pada dunia pertanian. Hal ini tentunya berakibat nyata bahwasanya dalam sektor pertanian tidak sedikit didominasi oleh generasi tua yng biasanya tidak lebih responsif terhadap perubahan. Di samping itu, dalam pandang-an pemuda, bertani merupakan pekerjaan tradisional yng tidak lebih bergengsi serta hasil nya di samping tak segera bisa dinikmati pun jumlahnya relatif tidak memadai. Hal ini selain ditinjau secara ekonomi pun didukung oleh budaya instan serta ingin cepat menghasilkan, sementara pertanian memerlukan proses panjang, dibutuhkan keuletan serta kesabaran dalam menghadapi banyak sekali resiko internal serta eksternal. Ditambah lagi yang dengannya banyak sekali kebijakan yng tak pro-petani, serta bahkan seringkali membuat pertanian dipandang sebelah mata serta dijadikan komoditas politik tanpa mempedulikan nasib serta masa depan pertanian.
Kedua, minimnya dukungan para orang tua baik secara mental maupun material terhadap anak-anak muda bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjadi petani. Alih-alih memberikan dukungan, bahkan orang tua seringkali menurunkan minat anak-anak muda yng ingin menjadi petani. Biasanya orang tua akan lebih bangga andai anak-anaknya menjadi dokter, birokrat, pilot serta profesi lain-lainnya yng dianggap lebih prestisius. Indikasi semisal ini di antaranya bisa dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah pertanian maupun fakultas-fakultas pertanian, lebih-lebih di perguruan tinggi swasta, yng kondisinya kekurangan mahasiswa. Akhirnya tidak sedikit para pemuda, lebih-lebih yng tinggal di desa, lebih tertarik pada pekerjaan-pekerjaan non-pertanian di daerah kota-kota besar. Orang-orang bekerja di sektor non-pertanian semisal menjadi pegawai, buruh pabrik, buruh bangunan, jasa transportasi baik yng formal maupun non-formal, yng pendapat dari pandangannya lebih bergengsi. Kalau orang-orang memiliki keahlian spesifik, tentu hal ini bukan masalah. Akan tetapi, tidak tidak banyak dari orang-orang yng tidak memiliki keahlian spesifik serta keberuntungan bahkan menjadi beban di kota lantaran tidak kunjung memperoleh pekerjaan.
Lalu, solusi apakah yng bisa kita ambil dari fakta ini? Ganti paradigma berpikir (mindset) ihwal pertanian. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk menumbuhkan minat serta kemauan dan merubah paradigma berpikir ihwal pertanian bisa dimulai yang dengannya membangun citra pertanian. Paradigma berpikir ihwal pertanian selama ini tidak banyak tidak sedikit sudah menurunkan citra pertanian lebih-lebih bagi pemuda. Paradigma berpikir Perlu kita ganti, bahwasanya pertanian bukan sekadar mencangkul di sawah serta menjadi petani tak selalu identik yang dengannya kemiskinan. Pertanian bukanlah sektor tradisional yng tidak lebih bergengsi serta tak memberikan nilai tambah, namun adalah sektor strategis yng mampu memberikan nilai tambah yng berlipat andai dikelola secara profesional semisal sektor-sektor lain-lainnya. Malah kemajuan sektor-sektor lain Amat bergantung pada kemajuan sektor pertanian.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk membangun citra pertanian, dibutuhkan sosialisasi maupun kampanye pertanian yng diharapkan mampu membuat generasi muda sadar akan pentingnya pertanian yang dengannya segala potensi yng dimilikinya. Sosialisasi bisa di lakukan yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan banyak sekali media komunikasi. Selanjutnya, yng butuh di lakukan merupakan membuat pusat pendidikan serta latihan kerja yng khusus bagi atau bisa juga dikatakan untuk bidang pertanian. Pusat pendidikan serta latihan ini Amat dibutuhkan yng nantinya akan menjadi sarana penggemblengan serta menjadi pusat mengasah keterampilan bertani pemuda maupun pusat berita dunia pertanian terkini.
Demikian pun adanya program pertukaran pemuda tani, Amat menarik serta butuh di lakukan. Kalau selama ini pertukaran pelajar serta mahasiswa dari banyak sekali disiplin ilmu seringkali di lakukan, apa salahnya andai program pertukaran pemuda tani pun di lakukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan peluang para petani-petani muda, utamanya yng tinggal di pedalaman pedesaan bagi atau bisa juga dikatakan untuk pengembangan wawasan pertaniannya. Ini sekalian menjdai suatu upaya bagi atau bisa juga dikatakan untuk menampilkan wajah pertanian yng menarik bagi seluruh orang, khususnya orang muda di pedesaan.
Selanjutnya merupakan yang dengannya menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam benak pemuda bahwasanya menjadi petani merupakan satu dari sekian banyaknya bentuk rasa cinta tanah air lantaran bertani merupakan mempertahankan identitas asli bangsa menjdai bangsa agraris serta melestarikan nilai-nilai luhur yng berkepribadian yng tercermin dari aktivitas bertani. Dimana dalam bertani akan timbul jiwa-jiwa yng simpel, jujur, serta mengedepankan budi pekerti.
Akan tetapi, yng terpenting dari seluruh itu merupakan tetap dibutuhkan keberpihakan kebijakan yng pro-petani serta pertanian. Segala upaya di atas andai tanpa dibarengi yang dengannya keberpihakan pembuat kebijakan tetap saja tidak akan mampu menarik pemuda bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjadi petani.
Yang dengannya demikian, diharapkan ke depan pertanian akan lebih menarik bagi generasi muda. Regenerasi petani pun tidak akan berhenti serta profesi petani akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kaum muda. Pemuda akan mengoptimalkan diri berpartisipasi dalam pembangunan pertanian sekalian menjadikan pertanian menjdai tumpuan masa depan. Jangan hingga ke depannya Indonesia bahkan menjadi negeri agraris yng makin terpuruk, akan tetapi sebaliknya Indonesia menjadi bangsa yng besar, bangsa yng sejahtera serta bangsa agraris yng bersahaja Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Pemuda Di tanganmulah Harapan Terakhir Memajukan Bangsa Agraris

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Pemuda Di tanganmulah Harapan Terakhir Memajukan Bangsa Agraris