Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati

- Januari 05, 2017

Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati

 
. .

Bioremediasi yang dengannya Perlakuan Hayati


bbppl-bioremediasibbppl-bioremediasi
Semisal udara serta air, tanah adalah komponen penting dalam ke hidup-an kita. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan hidup, memelihara ekosistem, serta memelihara siklus air. Kasus pencemaran tanah lebih-lebih penyebabnya yaitu oleh pembuangan sampah yng tak memenuhi syarat (ilegal dumping); kebocoran limbah cair dari industri ataupun fasilitas komersial; ataupun kecelakaan kendaraan yng membawa minyak, bahan kimia ataupun limbah yng lantas jatuh ke permukaan tanah; serta berasal dari pestisida serta herbisida: As, Ba, Cd, Cr, Pb, Hg, Ni, Se, Cu serta Zn.


bbppl-bioremediasi2
Andaikan suatu zat rawan/beracun mencemari permukaan tanah, maka ia bisa menguap, tersapu hujan ataupun air ke dalam tanah. Polusi memasuki tanah akan terendap menjdai zat kimia beracun di tanah. Zat racun dalam tanah bisa berdampak langsung kepada masyarakat ataupun bisa mencemari air tanah serta udara di atas.
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah serta air tanah) maupun di laut sudah tidak sedikit di lakukan yang dengannya mempergunakan teknik maupun metoda konvensional dalam mengatasi pencemaran semisal yang dengannya cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill), menginjeksikan kembali sludge keformas minyak (slurry fracture injection) serta memadatkan limbah (solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tak efektif dari segi biaya (cost effective technology), waktu (time consuming)serta pun keamanan (risk). Guna mencegah dampak lebih parah, lokasi tercemar yang telah di sebutkan bisa di lakukan kegiatan pemulihan kondisinya yng Suka dikenal yang dengannya istilah remediasi. Sebelum melakukan remediasi, hal yng butuh diperhatikan: 1. Jenis polutan (organik ataupun anorganik), terdegradasi tak, rawan ataupun tak 2. Berapa tidak sedikit zat polutan yng mencemari tanah 3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), serta Fosfat (P) 4. Jenis tanah 5. Kondisi tanah (basah ataupun kering) 6. Berapa lama sudah terendapkan polutan zat di lokasi 7. Kondisi pencemaran (Amat penting bagi atau bisa juga dikatakan untuk dibersihkan/mampu ditunda). Ada 2 jenis remediasi tanah, yakni in-situ (ataupun on-site) serta ex-situ (ataupun off-site). Pembersihan on-site merupakan pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah serta lebih gampang, terdiri dari pembersihan, ventilasi (injection), serta bioremediasi. Kita tidak butuh repot menggali tanah serta memindahkannya ke lokasi khusus. Di Amerika Serikat (AS), teknik ini tidak sedikit diadopsi karena biaya penggalian serta pemindahan tanah tergolong tidak murah (Anonimous, 2006). Sementara pada remediasi ex-situ, tanah tercemar digali serta dipindahkan ke dalam penampungan yng lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus yang dengannya memakai mikroba. Remediasi ex-situ mampu lebih cepat serta gampang dikontrol. Dibanding in-situ, ia mampu meremediasi jenis kontaminan serta jenis tanah yng lebih beragam. Pembersihan off-site yng jauh lebih tidak murah serta rumit. Satu dari sekian banyaknya teknik remediasi yng saat ini Suka dipakai merupakan bioremediasi, cara ini tidak sedikit dipakai memulihkan tanah yng tercemar senyawa hidrokarbon. Bioremediasi didefinisikan menjdai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali yang dengannya tujuan mengontrol, mereduksi ataupun malah mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil merupakan relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yng relatif lebih murah serta bersifat fleksibel. Bioremediasi bertujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memecah ataupun mendegradasi zat polutan menjadi tidak lebih beracun ataupun tak beracun (karbondioksida serta air). Ada 4 teknik dasar yng biasa dipakai dalam bioremediasi, yakni:
  1. Merangsang aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi kejangkitan) yang dengannya penambahan gizi, kondisi redoks, meningkatkan secara optimal dari pH, dsb.
  2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme dari kejangkitan di lokasi, yakni mikroorganisme yng mempunyai kemampuan biotransformasi khusus.
  3. Penerapan immobilized enzymes.
  4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghapus ataupun merubah polutan.
Bioremediasi proses Perlu mempertimbangkan suhu tanah, ketersediaan air, nutrisi (N, P, K), rasio C : N tidak lebih dari 30 : 1, serta ketersediaan oksigen. Mikroorganisme dalam Bioremediasi bbppl-bioremediasi3bbppl-bioremediasi3Sejak tahun 1900-an, orang-orang telah mempergunakan mikroorganisme bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengolah air pada saluran air. Era ini, bioremediasi sudah berkembang pada perawatan limbah buangan yng rawan (senyawa-senyawa kimia yng sulit bagi atau bisa juga dikatakan untuk didegradasi), yng umumnya dihubungkan yang dengannya kegiatan industri. Yng salah satunya dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroluem hidrokarbon, serta senyawa-senyawa organik terhalogenasi semisal pestisida, herbisida, serta lain-lain. Tidak sedikit aplikasi-aplikasi baru mempergunakan mikroorganisme bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengurangi polutan yng sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi era ini sudah didukung oleh pengetahuan yng lebih baik mengenai bagaimana polutan bisa didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yng baru serta memberikan manfaat, serta kemampuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan bioremedisi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular Amat penting bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengidentifikasi gen-gen yng mengkode enzim yng terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yng bersangkutan bisa menaikan pemahaman kita wacana bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tak rawan. Satu dari sekian banyaknya bakteri yng dipakai dalam bioremediasi, Geobacter metallireducens, yng tak cuma bisa menghancurkan kontaminasi dari minyak bumi semisal benzena, akan tetapi pun bisa memakan logam-logamradioaktif pada air tanah yng terkontaminasi uranium. Strain ataupun jenis mikroba rekombinan yng diciptakan di laboratorium bisa lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yng diciptakan serta pertama kali dipatenkan merupakan bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini bisa mengoksidasi senyawa hidrokarbon yng biasanya didapati pada minyak bumi. Bakteri yang telah di sebutkan tumbuh lebih cepat andai dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yng alami ataupun bukan yng diciptakan di laboratorium yng sudah diujicobakan. Namun, penemuan yang telah di sebutkan belum sukses dikomersialkan lantaran strain rekombinan ini cuma bisa mengurai komponen rawan yang dengannya jumlah yng dibatasi. Strain inipun belum mampu bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yng lebih berat yng cenderung bertahan di lingkungan. bbppl-bioremediasi1bbppl-bioremediasi1Jamur merang ataupun jamur Shiitakes – merupakan jenis jamur yng umum kita kenal menjdai jamur yng bisa dimakan (edible mushroom). Jamur yang telah di sebutkan serta jamur lain-lainnya sudah dikembangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipakai dalam pemulihan lingkungan tercemar. Teknik ini disebut mikoremediasi (mycoremediation), yang dengannya mempergunakan miselium, bagian vegetatif dari jamur, bagi atau bisa juga dikatakan untuk menguraikan polutan. Jamur pelapuk putih dari spesies Marasmius sp, sudah dikembangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjadi mikroba pengurai polutan, lebih-lebih hidrokarbon minyak bumi. Jamur pelapuk putih ini secara khusus memiliki kemampuan yng tinggi dalam menguraikan polutan yang dengannya struktur senyawa aromatik, semisal senyawa-senyawa terklorinasi. Penggunaan jamur ini terus disempurnakan, selain itu pun secara paralel di lakukan eksplorasi jenis jamur lain-lainnya, salah satunya mekanisme enzimatik jamur bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghasilkan proses penguraian yng lebih efektif. Penggunaan jamur dalam proses bioremediasi memiliki beberapa keunggulan lantaran jamur memiliki kemampuan bertahan lebih tinggi di dalam lingkungan yng toksik. Enzim pengurai polutan disekresikan oleh miselium jamur yng bisa menguraikan polutan yang dengannya konsentrasi serta berat molekul yng tinggi. Miselium jamur bisa menembus tanah yang dengannya porositas rendah misal tanah liat, menjadikan polutan yng terjebak di dalamnya bisa terurai. Hal ini di lakukan secara lambat oleh bakteri yng tumbuh yang dengannya mekanisme duplikasi. Tanah yng diperoleh sesudah proses bioremediasi selesai menjadi tanah yng bersih, bertekstur semisal kompos ataupun sedimen. Produk akhir ini bisa dipakai menjdai tanah pencampur bagi atau bisa juga dikatakan untuk proses bioremediasi tahap selanjutnya, ataupun landscaping, tanah pengisi, dll. Penggunaan jamur ini aman, ekonomis, serta operasional serta pemeliharaannya gampang. Tak ada konstruksi khusus bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan proses mikoremediasi ini. Teknik bioremediasi yng sudah tidak sedikit di lakukan akan yang dengannya gampang mempergunakan inokulan jamur ini menjdai mikroorganisme pengurainya. Sumber : http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/tulisan atau artikel/artikel-pertanian/962-bioremediasi-dengan-perlakuan-hayati


Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Bioremediasi dengan Perlakuan Hayati