Belajarlah Merawat Dengan Cinta - Andai Pernikahan itu Sebagai Tanaman

- Januari 14, 2017

Belajarlah Merawat Dengan Cinta - Andai Pernikahan itu Sebagai Tanaman

 
. . “Ketika baru menikah, bulan madu, ke mana-mana selalu bersama. Kondangan selalu gandengan tangan. Istri terpeleset, bilang “hati-hati”. Begitu telah punya anak tiga, istri bilang, “Bang, kondangan yuk”. Jawab suami, “Jalan ajah duluan Luh”. Pulang kondangan, istri ngelapor, “Bang, tadi aku kepleset”. Suaminya bahkan bilang, “Emang mata Luh di mana, sih?” (K.H. Zainuddin MZ) Kutipan dari ceramah almarhum K.H. Zainuddin MZ, itu sungguh tepat bagi atau bisa juga dikatakan untuk menggambarkan perjalanan mahligai keluarga masyarakat kita. Para ahli mengatakan, umur rawan perceraian merupakan sesudah sepuluh tahun pertama pernikahan. Mulailah intrik dalam keluarga terlaksana. Andai tidak pandai merawat cinta, intrik itu bisa merusak bahtera yng tengah melaju di atas derasnya gelombang samudera ke hidup-an. Sebenarnya, pernikahan yng dibangun lantaran cinta pada Allah tidak akan gampang karam. Dalam keluarga itu, cinta laksana air dalam ke hidup-an, nafas dalam jiwa, semangat dalam raga, lembut dalam sutera. Ia bagaikan panas pada api, dingin pada salju, luas pada angkasa serta disaat surga Allah menjadi pulau impian pasangan suami-istri, bahtera keluarga akan selalu riuh dalam keimanan. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW selalu ingat almarhumah Khadijah RA, istri pertamanya, sampai-sampai Aisyah RA cemburu “Aku sangat cemburu dengan Khadijah karena sering disebut Rasulullah, sampai-sampai aku berkata: Wahai Rasulullah, apa yang kau perbuat dengan wanita tua yang pipinya kempot itu, sementara Allah telah menggantikannya dengan wanita yang lebih baik?” Rasulullah SAW menjawab, “Demi Allah, tak seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia melindungiku saat manusia kejam menganiayaku, Allah menganugerahkan anak kepadaku darinya”.
Kita-kita yng hidup di alam yng profan ini semestinya merasakan cinta duniawi. Yakni mencintai anak serta istri (ataupun suami) menjdai belahan jiwa. Akan tetapi demikian, seluruh cinta itu tidak boleh melengahkan kita-kita dari cinta pada Allah. Allah berfirman, “Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah: 24).
Maka, sejarah pun memperlihatkan, Nabi Nuh AS tidak kuasa menahan cinta pada anaknya. Ia memanggilnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk bergabung dalam bahtera yng segera berangkat, era air semakin meninggi, gemuruh ombak serta gelombang lautan terus berkejaran menuju bumi yng akan segera tenggelam. Namun, segera Allah SWT ingatkan, “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya segala perbuatan tidak baik….” (QS. Hud: 46) Demikian halnya pada pasangan hidup. Dimulai disaat sepasang anak kita-kita tertarik satu yang dengannya lain-lainnya, Islam mengajarkan segera mengawali mahligai keluarga. Rasulullah SAW berpesan, “Wahai anak muda, barang siapa di antara kalian sudah mampu (menikah), hendaklah menikah.” Ikat cintamu. Abadikan pelana hatimu. Simpen permata jiwamu. Proklamasikan belahan kasihmu di atas sajadah ijab-kabul yng disaksikan para malaikat, sambil bersimpuh di hadapan orang tua serta kerabat.
Pernikahan sudah menyingkap tabir sesuatu yang di sembunyikan pasanganmu. Bagi suami, sebenarnya istri yng engkau nikahi tidaklah semulia Khadijah RA yng rela berkorban seluruh hartanya bagi atau bisa juga dikatakan untuk dakwah suaminya. Tak juga setaqwa Aisyah RA yng menutup malam yang dengannya tahajud serta siang yang dengannya infak dan sedekah. Tak juga setabah Fatimah RA disaat Ali bin Abi Thalib RA, suaminya, membagikan persediaan makanannya bagi atau bisa juga dikatakan untuk fakir miskin, janda serta tawanan perang sampai-sampai Allah turunkan ayat menjdai pengabadian cinta orang-orang, “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS Al-Insan: 9) Maka, disaat cinta sudah terpatri di buku nikah, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendoakan sepasang kekasih itu, “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, keberkahan ke atasmu dan mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan”.
Hidup satu atap menjadi ibadah, mencari rezeki ibadah, tersenyum ibadah, malah bercumbu pun berharga sedekah. Dikisahkan dari Abu Dzar RA bahwasanya orang-orang mengadu kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala, di mana mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka (berkesempatan) menyedekahkan kelebihan harta mereka”. Rasulullah SAW menjawab, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan (juga)? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik adalah sedekah, mencegah dari perbuatan munkar adalah sedekah, bahkan apabila salah seorang di antara kalian menggauli istrinya juga termasuk sedekah”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang itu melampiaskan nafsunya juga mendatangkan pahala?” Beliau SAW menjawab, “Bagaimana pendapatmu seandainya ia melampiaskan nafsunya pada yang haram, bukankah yang demikian itu mendatangkan dosa? Demikian sebaliknya bila ia melampiaskan nafsunya pada yang halal maka ia mendapatkan pahala”. (HR Muslim). Suatu kali, mungkin kejenuhan dalam keluarga menghampiri. Akan tetapi demikian, usahakanlah bagi atau bisa juga dikatakan untuk terus belajar merawat cinta.
Sumber: www.dakwatuna.com
Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Belajarlah Merawat Dengan Cinta - Andai Pernikahan itu Sebagai Tanaman

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Belajarlah Merawat Dengan Cinta - Andai Pernikahan itu Sebagai Tanaman