Masihkah Profesi Petani Menjanjikan Saat ini?

- Maret 10, 2017

Masihkah Profesi Petani Menjanjikan Saat ini?

 
. . SEIRING berjalannya waktu, profesi petani kian lama kian dipandang sebelah mata. Profesi baru semisal direktur, dosen, pegawai, PNS, karyawan perusahaan, pengusaha, dokter serta lain-lain dipandang lebih mentereng serta keren dibandingkan petani. Padahal, andai petani tak menanam padi serta tanaman pangan, orang mampu mati lantaran tak ada yng mampu dimakan.
petani merah putih Indonesia menjdai negara pertanian, agraris, dikenal subur, dianggap gagal mencetak petani-petani andal serta mewujudkan swasembada pangan. Hal yang telah di sebutkan tampak pada rutinitas serta ketergantungan pemerintah tiap tahun mengimpor bahan pangan bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebutuhan perut rakyat di dalam , kacang kedelai, jagung, buah-buahan, malah daging sapi serba diimpor, padahal petani dalam negeri mampu memproduksi seluruh itu. Ada apa serta mengapa?
Profesi petani era ini kalah sejahtera dibandingkan buruh pabrik. Gaji per bulan buruh pabrik mampu mencapai Rp 2 juta, sementara pendapatan rata-rata petani cuma mencapai Rp 1 juta (Kompas, 30/1/15). Hal yang telah di sebutkan lantaran petani padi, kacang kedelai, jagung serta ternak sapi butuh waktu lama bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengelola, mengairi serta memanen hasil nya, selain pun lantaran lahan yng sempit. Pendapat dari Badan Pusat Statistik, dari lima juta keluarga petani (RTP) di Indonesia cuma mempunyai lahan pertanian tidak lebih dari 0,5 hektare. Mampu dibayangkan hasil tani semisal padi, kacang serta jagung dari lahan seluas tidak lebih dari 0,5 hektare. Jangankan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dijual, bagi atau bisa juga dikatakan untuk kebutuhan keluarga saja mungkin tak cukup setahun.
Itulah kenapa tidak sedikit orang banting setir tukar profesi dari petani menjadi buruh, karyawan lantaran lebih menjanjikan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencukupi nafkah keluarga. Meskipun pemerintahan Jokowi-JK mencanangkan program swasembada pangan, semisal yng pun dicanangkan SBY, akan tetapi bila tak menyentuh fundamental hingga kapan pun tak akan terwujud. Pemerintahan Jokowi-JK telah mencanangkan sasaran kedaulatan pangan 2015-2019 yang dengannya menaikan surplus beras, membangun 50 waduk di Indonesia, rehabilitasi jaringan irigasi tiga juta hektare serta lain-lain. Seluruh program akan percuma andai pemerintah masih membuka kuota impor pangan tanpa kebijakan pro petani dalam negeri. Misalnya memberikan insentif kepada petani, memberikan subsidi pupuk, memberikan konpensasi bagi petani gagal panen, membeli harga produksi tani yang dengannya harga layak serta menjaga petani dari regulasi yng kuat tanpa memasukkan pangan impor. Bila petani dipercaya serta diperlakukan yang dengannya layak, yakinlah petani tak akan penah berniat merubah lahan sawah, lahan jagung serta lahan kacang kedelai menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, lahan perkebunan karet, menjadi lahan pemukiman serta gedung perkantoran dan menyulapnya menjadi daerah situlah tugas pemerintah memalui kementerian pertanian. Buat apa kementerian pertanian ada serta digaji bila fakta tiap tahun Indonesia impor pangan tanpa pernah mampu berdiri diatas kaki sendiri swasembada pangan. Di negara-negara Eropa serta Amerika profesi petani Amat dihargai. Diberi insentif, konpensasi bila gagal panen serta di sana profesi petani dianggap profesi orang kaya. Kementerian pertanian mampu memberikan pelatihan pertanian kepada para petani, menggalakkan koperasi tani bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkal tengkulak yng membeli yang dengannya harga semena-mena, pemerintah membeli langsung hasil tani serta menyimpannya menjdai cadangan logistic nasional dan benar-benar menerbitkan kebijakan pro petani dalam negeri, bukan hobi mengimpor pangan dari luar negeri. Sumber : / Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Masihkah Profesi Petani Menjanjikan Saat ini?

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Masihkah Profesi Petani Menjanjikan Saat ini?