Konsep dasar Pengembangan Produk Unggulan dengan Pendekatan One Village On Product (OVOP) di Indonesia

- Februari 01, 2017

Konsep dasar Pengembangan Produk Unggulan dengan Pendekatan One Village On Product (OVOP) di Indonesia

 
. . Pengembangan Produk Unggulan
yang dengannya Pendekatan OVOP di Indonesia

Kisah berhasil membangun suatu program pengembangan regional yang dengannya pendekatan One Vilage One Product (OVOP) di Jepang serta Thailand mengilhami Gerakan OVOP di sejumlah negara, salah satunya di Indonesia. Adapun nama -nama Gerakan OVOP diberbagai negara antara lain di China One Factory One Product, One City One Product, One District One Product, One Village One Treasure, One Town One Product One Capital One Product. OVOP di Philipina dikenal yang dengannya One Barangay One Product serta One Region One Vision. Gerakan The One village One Product (OVOP, Red. Jepang :Isson Ippin Undō) merupakan program pengembangan regional di orang-orang Jepang. Gerakan OVOP ini dimulai di Oita Perfecture tahun 1979 oleh Morihiko Hiramatsu. Dr. Morihiko merupakan pensiunan Ministry of Economy, Trade and industry/METI Jepang, serta pulang ke kampung halaman di perfecture/propinsi Oita. Pada tahun 1997. Belajar dari Desa Oyama serta Yufuin, Morihiko mengembangkan OVOP. Pada tahun 2007 telah ada 51 negara yng mengadopsi OVOP. Pada setiap tanggal 12 Nopember sudah ditetapkan Hari OVOP Internasional. Beliau sudah terpilih menjadi gubernur selama 6 periode lantaran keberhasilannya dalam mengembangkan OVOP. Tahun 2013 beliau telah mencapai usia 89 tahun.
Dalam konsep OVOP, masyarakat Jepang Perlu bisa menghasilkan barang-barang terpilih yang dengannya nilai tambah tinggi. Satu Desa menghasilkan satu produk utama yng kompetitif menjdai suatu bisnis menaikan pendapatan serta standard kehdiupan penduduk di desa yang telah di sebutkan. Diantara produk yng sukses dikembangkan yang dengannya pendekatan OVOP di Oita Prefecuture merupakan Jamur Shitake, jeruk kabasu, green house mikan, beef, aji, serta barley (shochu). Jamur Shitake adalah satu dari sekian banyaknya semisal produk unggulan yng sukses dikembangkan di Oita Prefecture.
OVOP merupakan suatu gerakan bukan proyek. Di Oita, Pemda Oita tak mempunyai dana / subsidi khusus serta proyek khusus ihwal OVOP. Pemda Oita berusaha membangkitkan semangat Pemda local agar orang-orang menciptakan sesuatu yng dibanggakan bersama lokalitas masing-masing. Pemda local Perlu mempergunakan serta memanfaatkan subsidi umum yng ada. Pemda Oita menyediakan lembaga riset bagi atau bisa juga dikatakan untuk teknologi local serta mempromosikan produk local ke pasar luar (semisal Tokyo). Gerakan OVOP bukan satu-satunya kebijakan pembangunan daerah. Semisal di Oita : tetap berusaha menarik investor dari luar. Butuh pemberian semangat bagi atau bisa juga dikatakan untuk desa-desa yng tak mampu menarik investor.
Tujuan Utama OVOP :
Kemandirian Masyarakat serta Pemerintah membantu siapa yng berusaha mampu berdiri diatas kaki sendiri

OVOP merupakan cara menigkatkan kesejahteraan masyarakat Dia berkunjung ke kantong kemiskinan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengidentifikasi potensi lokal, serta melibatkan stakeholders bagi atau bisa juga dikatakan untuk berkoordinasi serta bersynergi dalam penyusunan rencana aksi/Action Plan bagaimana mengembangkan produk lokal produk yang dengannya solusi added value serta solusi hulu hingga hilir. Peranan Pemda Propinsi bagi atau bisa juga dikatakan untuk R&D, serta Pemda Kab/kota bagi atau bisa juga dikatakan untuk promosi, desain, capacity building ujung-ujungnya peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat.
Jamur Shitake di Oyama Oyama merupakan daerah termiskin, pemilikan tanah petani rata-rata cuma 0,4 ha, serta di Oyama ada pohon-pohon besar berpotensi bagi atau bisa juga dikatakan untuk pengembangan jamur Shitake. Hasil kajian Jamur Shitake memberikan manfaat bagi atau bisa juga dikatakan untuk penyembuhan kanker serta penurunan kolesterol. Shitake dikembangkan oleh tenaga ahli dari Perguruan Tinggi setempat, serta diperkenalkan kepada masyarakat di Oyama. Pada awal mulanya tingkat resistensi masyarakat tinggi, cuma 2-3 orang saja yng berpartisipasi. Yang dengannya ada sentuhan teknologi, packaging, serta promosi pemda melalui media massa, permintaan pasar meningkat serta fanastisme konsumen meningkat. Pada tahun 2009 harga jamur shitake kering US $ 280/kg , bandingkan yang dengannya harga kendaraan beroda empat Toyota cuma US $ 19/kg. Peningkatan Value added yng luar biasa! Hal ini tentunya menaikan pendapatan para petani secara signifikan. Pada tahun 2001, Jamur Shitake ini menguasi 28 % pangsa pasar domestik.Khusus Jamur Shitake, Dipta (2011) mengemukakan Gerakan OVOP sukses menaikan pendapatan petani setempat yang dengannya kenaikan harga Jamur Shitake.
Jamur shitake memiliki ukuran yng tak besar dibanding jamur yng lain semisal jamur tiram. Jamur shitake di pasaran memiliki harga yng tak murah, mengapa mampu tidak murah padahal bentuknya kecil? sebenarnya selain rasanya yng oke punya, jamur shitake memiliki manfaat yng cukup besar buat kebugaran atau kesehatan. Jamur shitake kaya akan protein yng tentunya berperan baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk menunjang kebugaran atau kesehatan tubuh, selain protein jamur shitake pun memiliki kandungan asam amino yng di perlukan tubuh semisal thiamin, riboflavin serta niachin, dan memiliki kandungan enzim serta beberapa jenis serat. Kandungan ergosterol dalam jamur shitake akan di olah oleh tubuh menjadi vitamin D sesudah kulit di kenai sinar matahari, menjadikan jamur shitake bisa menjadi sumber vitamin D bagi tubuh. Asam amino yng terkandung dalam jamur shitake bisa membantu menaikan system kekebalan tubuh, mengatasi gangguan pencernaan, hati serta melancarkan peredaran darah.
Dari temuan para ahli kebugaran atau kesehatan, didapati kandungan letinan dalam jamur shitake yng bisa berfungsi menjadi anti kanker. Jamur shitake pun bisa membantu mengobati tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol darah serta pun bisa menyehatkan jantung. Malah sebenarnya jamur shitake ini bisa membantu menaikan penampilan. jamur shitake bisa membantu melancarkan peredaran darah di daerah wajah menjadikan kulit wajah menjadi sehat, halus serta kencang. Selain itu pun bisa menyehatkan rambut. Kelebihan itulah yng diangkat oleh Morihiko Hiramatsu dalam pendekatan OVOP, menjadikan orang berlomba-lomba bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari tahu serta membelinya.
Prinsip OVOP
Morihiko berpendapat bahwasanya OVOP mempunyai 3 prinsip antara lain merupakan
  1. Local yet global; yaitu bagaimana masyarakat bisa berpikir Global yang dengannya bertindak lokal. Pada mulanya masyarakat mengembangkan produk khas/uniek yng baik yang dengannya kualitas unggul, kemasan baik, manfaat luar biasa yng tak bisa digantikan yang dengannya produk lain/product differential. Lambat laun produk yang telah di sebutkan bisa mempunyai konsumen yng fanatik di dalam negeri yng selanjut berkembang ke pasar ekspor. Shitake pada tahun 2009 sudah dieksport sebanyk 30% dari total pemasaran.
  2. Mampu berdiri diatas kaki sendiri, kreatif serta inovatif ; Pemerintah memberikan aneka macam fasilitas cuma bagi atau bisa juga dikatakan untuk pengembangan produk yang dengannya program program yng kompetitif yng terseleksi secara ketat. One Village One Product dimaksudkan bukan satu desa satu produk melainkan setiap desa terpilih satu produk yng difasilitasi oleh pemerintah bagi atau bisa juga dikatakan untuk dikembangkan. Program yng mencerminkan kemandirian, kreativitas serta inovatif dari masyarakat yng diprioritaskan bagi atau bisa juga dikatakan untuk difasilitasi. Sebaliknya, program OVOP yng difaslitasi menghindari bantuan-bantuan yng akan mencederai semangat kemandirian, kreativitas serta inovasi masyarakat yng memperhalang kesuksesan program OVOP jangka panjang. Study APEC memberikan kesimpulan bahwasanya subsidi pemerintah menciptakan ketergantungan masyarakat serta menurunnya semangat berwirausaha. Sebaiknya pemerintah fokus pada penciptaan iklim kondusif berusaha semisal regulasi, R&D, capacity building, serta promosi produk.
  3. Capacity Building: Prinsip ketiga pendapat dari Morihiko bahwasanya pengembangan kapasitas Perlu senantiasa di lakukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengikuti perkembangan jaman; teknologi, produk, fashion, serta desain. Capacity building dalam Penerapan Teknologi cloud computing akan mengurangi biaya pengembangan produk yang dengannya joint provider/web/provider ditambah pelayanan lain-lainnya. Capacity building dalam menaikan semangat berkoperasi terus dikembangkan. Membagikan pengalaman paling baik dalam pengembangan bisnis-bagaimana mengembangkan produk serta penetrasi pasar- pada acara makan siang/malam bersama para anggota koperasi terus di lakukan. Lebih jauh bisnis kolaborasi dalam wadah koperasi diantara anggota koperasi Amat penting, semisal di Yufin, koperasi beranggotakan cuma 700 orang yng sebagian besar telah ke Bali, telah mempunyai asset mencapai Rp 23 Trilyun pada usaha sektor pertanian, mempunyai 5 mini market, 5 restauran. Ketua pengurus koperasi lulusan S3 bidang ekonomi yang dengannya leadership ketua Amat baik.

OVOP di Thailand Gerakan sejenis OVOP pun dikembangkan di Thailand yang dengannya nama One Tambon One Product (OTOP) Lebih lanjut Wikipedia-The Free Encyclopedia (2011) menyebutkan bahwasanya One Tambon One Product (OTOP) merupakan program stimulus kewirausahaan lokal yng didisain oleh Perdana Menteri Thailand, Taksin Sinawat tahun 2001-2006. Program ini ditujukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendukung produk-produk lokal yng unik serta dipasarkan oleh Thambon (subdistrict) . Program ini dijalankan sesudah melihat Jepang sukses menjalankan program One Vilage One Product (OVOP). OTOP di Thailand membantu masyaakat pedesaaan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperbaiki kualitas produk lokal serta pemasarannya melalui penyediaan promosi di tingkat lokal serta internasional. Dalam menjalankan program ini, pendekatan OTOP Thailand dimulai yang dengannya memilih satu produk yng paling superior diantara produk-produk yng ada di desa itu, serta setiap produk diberikan branding a "bintang produk OTOP". Produk-produk OTOP Thailand mencakup kerajinan, baju cotton serta sutra, barang-barang tembikar, asesori fashion, barang-barang keluarga, serta makanan. Sesudah Junta Militer berkuasa, program OVOP di batalkan serta dikembalikan serta diberi nama lain. Selanjutnya Ovop Thailand klik di bawah ini
http://www.asiaseed.org/apec2006sme/presentation_pdf/session1_natiya_1.pdf
OVOP Indonesia
Pendekatan OVOP di Indonesia tak jauh berbeda yang dengannya apa yng sudah di lakukan di Jepang serta Thailand. Implementasi OVOP di negara kita mengikuti suatu konsep program membangun suatu regional, mungkin mampu tingkat desa , kecamatan, kota serta selanjutnya memilih satu produk utama yng diperoleh dari kreativitas masyarakat desa. Pendekatan OVOP pun mempergunakan sumberdaya lokal, mempunyai kearifan lokal serta berharga tambah tinggi. Produk-produk yng dipilih menjadi Gerakan OVOP tak cuma dalam bentuk tangible product, namun pun dalam wujud intangible product, misalnya produk-produk budaya serta kesenian khas daerah yng mempunyai nilai jual tinggi secara global. Husaini (2011) mengemukakan bahwasanya OVOP dalam bentuk konsep SAKA SAKTI ( Satu Kabupaten/Kota Satu Kompetensi Inti) yakni suatu konsep yng dikembangkan dalam rangka membangun daya saing suatu daerah yang dengannya menciptakan kompetensi inti bagi daerah yang telah di sebutkan agar bisa bersaing di tingkat global. Konsep ini Amat dibutuhkan agar sumber daya serta kemampuan yng dimiliki oleh daerah diarahkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menciptakan kompetensi inti. Ada dua konsep dalam membangun kompetensi inti melalui pendekatan Gerakan OVOP. Pertama, konsep membangun produk unggulan yakni mengembangkan produk lokal yng mempunyai keunggulan dari sisi keunikan, kekhasan, kemanfaatan yng lebih besar bagi pemakain produk dan memberikan keuntungan yng besar penghasil produk yang telah di sebutkan. Kedua, konsep membangun kompetensi inti daerah, dalam hal ini daerah Perlu memilih kompetensi inti daerah yng bersangkutan dilihat dari keunikan, kekhasan daerah, kekayaan sumberdaya alam, kesempatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menembus pasar internasional serta dampaknya.
Gerakan OVOP di Indonesia sudah menjadi prioritas pembangunan nasional. pengambangan Hal ini didukung yang dengannya ditetapkannya Inpres No. 5 Tahun 2008 ihwal Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009 menjdai kelanjutan dari Ipres No. 6 Tahun 2007 Ihwal Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil serta Pemberdayaan Bisnis Mikro Kecil serta Menengah (UMKM). Inpres yang telah di sebutkan ditujukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendorong efektifitas pengembangan One Village One Product (OVOP). Sasaran Gerakan OVOP di Indonesia merupakan berkembangnya sinerji produksi serta pasar. Melalui Inpres ini seluruh Kementerian, Gubernur serta Bupati/Walikota berkorodinasi serta secara bersama mensukseskan Gerakan OVOP.
Dalam rangka menindaklanjuti Inpres yang telah di sebutkan, pada tahun 2007 Menteri Perindustrian sudah menerbitkan Aturan Menteri Perindustrian No. 78/M-IND/PER/9/2007 Ihwal Peningkatan Efektivitas Pengembangan Industri Kecil serta Menengah (IKM) melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (OVOP). Sasaran program pendekatan OVOP yng di lakukan Kementerian Perindustrian merupakan industri kecil serta menengah (IKM) di sentra-sentra IKM yng menghasilkan produk-produk paling baik.
Kementerian Koperasi serta UKM sudah menetapkan OVOP menjdai Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam mengukur kesuksesan program Kementerian Koperasi serta UKM 2010-2014. Pada tahun 2010 -2014 Kementerian Koperasi serta UKM sudah menargetkan milestone OVOP di 100 Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia. Gerakan OVOP adalah suatu Gerakan nasional serta bersifat lintas sektoral, dan melibatkan instansi-instansi terkait.
Landasan Hukum OVOP
  1. Undang-undang Nomor 25 tahun 1992, Ihwal Perkoperasian. Serta Undang-undang Nomor 20 tahun 2008, Ihwal Bisnis Mikro, Kecil Serta Menengah.
  2. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Ihwal Percepatan Sektor Riil serta Pembangunan Bisnis Mikro Kecil serta Menengah tanggal 8 Juni 2007 yng mengamanatkan pengembangan pusat melalui pendekatan One Village One Product (OVOP).
  3. Keputusan Rapat Kerja Kementerian Koperasi serta UKM yang dengannya Komisi VI DPR-RI tahun 2008 agar program OVOP bisa dikembangkan di Provinsi lain.
  4. Sudah diamanatkan dalam Program Kerja 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II.
  5. Sudah ditetapkan tonggak pencapaian key development milestone bagi atau bisa juga dikatakan untuk periode pertama Tahun 2010 – 2014 : 100 OVOP sukses.
  6. Arahan Menteri Negara Koperasi serta UKM dalam Rapat Pimpinan (Rapim) serta Rapat Koordinasi Nasional Tahun 2010.
Milestones OVOP di aneka macam daerah. Kamu bisa melihat beberapa implementasi pendekatan OVOP di Indonesia. 1. Asparagus Badung Bali http://asparagusovopbali.blogspot.com/ 2. Kopi Tanggamus Lampung http://ovopkopilampung.blogspot.com/ 3. Coklat Palopo Sulawesi Selatan
http://palopoovop.blogspot.com/
Sumber : http://gerakanovop.blogspot.co.id
Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Konsep dasar Pengembangan Produk Unggulan dengan Pendekatan One Village On Product (OVOP) di Indonesia

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Konsep dasar Pengembangan Produk Unggulan dengan Pendekatan One Village On Product (OVOP) di Indonesia