Pria ini meraup omset jutaan rupiah hanya bermodal tanaman di pekarangan rumah

- Maret 13, 2017

Pria ini meraup omset jutaan rupiah hanya bermodal tanaman di pekarangan rumah

 
. . https://goo.gl/dhVRUZ Peluh membasahi tubuh Komari usai menebang 20 pohon kelapa di halaman rumahnya. Aksi tebang pohon berumur 70 tahun itu keruan berusaha mendatangkan tawa warga Desa Dongdong, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kelapa yng serbaguna itu tumbang satu per satu. Di bekas lahan kelapa itulah ia menanam 73 bibit ganitri.
Empat tahun usai aksi tebang pohon itu, pada Juni 2002 orang-orang yng dulu menertawakan terperangah. Disaat itu Komari menuai 30 kg buah ganitri cuma dari 8 pohon. Omzet yng diraih Komari mencapai Rp8-juta.
https://goo.gl/dhVRUZ
‘Memanen biji ganitri jauh menguntungkan dibanding kelapa,’ ujar pria kelahiran Cilacap 31 Desember 1925 itu. Bila sebatang kelapa menghasilkan 10 buah per bulan, ia paling-paling mengantongi Rp10.000 per pohon. Di kota minyak itu harga sebuah Cocos nucifera cuma Rp1.000.
Pendapatan itu lebih kecil ketimbang hasil penjualan ganitri, ‘Panen perdana satu pohon ganitri menghasilkan Rp250.000-Rp1,3-juta. Itu belum termasuk panen susulan,’ kata pensiunan perangkat desa itu. Tinggi rendahnya pendapatan itu lantaran ukuran biji yng tidak seragam dari setiap pohon. Padahal, biji klitri-sebutannya di Madura-dihargai didasari ukuran. Makin kecil ukuran biji, kian tinggi harganya.
Naik terus
Pendapat dari Komari, ‘Dari satu pohon belum tentu ada yang berukuran kecil.’ Biji ganitri dikelompokkan dalam 11 nomor, nomor 1-ukuran diameter 5 mm-adalah yng terkecil serta termahal. Nomor selanjutnya setiap kenaikan 0,5 mm. Kelas 1-9 dihargai per butir, sedang nomor 10 serta 11 dihargai per kilogram.
Sejak pamornya naik, harga itu tidak pernah turun, malah terus naik. Pada 1960 harga sebuah biji kelas 1 Rp0,5; saat ini, Rp152. Bandingkan yang dengannya harga biji kelas 10 berukuran 9,5 mm mencapai Rp11.000 per kg; nomor 11 berukuran di atas 10 mm, Rp2.000 per kg. Setiap kenaikan diameter 0,5 mm, harga makin turun. Harga sebuah biji nomor 9 ukuran 9 mm- Rp10.
‘Kelihatannya murah, tapi bila diakumulasikan bisa mencapai jutaan rupiah per pohon,’ papar ayah 3 anak itu. Dari sebuah pohon, biji yng salah satunya kelas 1-9 tidak hingga 20%. Pada panen perdana disaat pohon berumur 4 tahun, produksi mencapai 350.000 butir. Pekebun memanen buah pada September-Februari.
Varietas yng dibudidayakan Komari berproduksi disaat berumur 2 tahun; jenis lokal, umur 6-7 tahun. Batang varietas super lebih pendek menjadikan membuat mudah panen. Jenis super berumur 4 tahun tingginya 4 meter; lokal, 10-15 meter. Nah, jenis super itu lebih tidak sedikit menghasilkan biji kelas 1- 9. Yang dengannya jarak tanam 6 m x 6 m, populasi ganitri di lahan 1 ha mencapai 120 pohon. ‘Setengahnya sudah berbuah dan siap panen 2 bulan mendatang,’ kata pria 72 tahun itu.
https://goo.gl/dhVRUZ
Belum dikebunkan
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk apa biji ganitri itu? Pemeluk agama Hindu mempergunakan biji ganitri menjdai sarana peribadatan. Biji-biji itu diuntai membentuk rangkaian semisal tasbih bagi penganut Islam ataupun rosario bagi kaum Nasrani. Itulah sebabnya pasar terbesar biji ganitri ke India serta Nepal. Negara di Asia Selatan itu penganut Hindu terbesar. Tidak cuma itu, ganitri dipercaya berguna obat aneka macam penyakit (baca: Mata Siwa Penyapu Polutan halaman 116).
Di Indonesia ganitri lebih dikenal menjdai pohon pelindung. ‘Tak banyak orang Indonesia yang mengebunkannya,’ tutur Soma Temple, pengusaha ganitri di Bali. Itulah sebabnya Soma kadang-kadang kesulitan mencari bahan baku serta Perlu mengimpor dari India serta Nepal. Di bawah label Aum Rudraksha, ia rutin memasarkan minimal 100 mala atau juga tasbih ganitri ke Australia, Jepang, serta Italia. Harga termurah berkisar Rp50.000-Rp80.000. Andai menginginkan desain khusus, harganya lebih tidak murah.
Selain di Cilacap, pusat penanaman ganitri pun ada di Desa Wadasmalang, Kec. KarangSambung Kebumen, Jawa Tengah. Pendapat dari staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Kebumen, Supono, total penanaman 35 ha yang dengannya produksi per ha mencapai 1,9 ton. Kasimun serta Jasmin, membudidayakan masing-masing 18 serta 8 pohon jenis super di lahan 1.875 m2 serta 200 m2.
Panen perdana 3 pohon milik Jasmin berlangsung pada April 2007. Ia menuai 6.000 biji kelas 5, 5.000 biji (4), 3.000 biji (3), 2.000 biji (2), serta 750 biji (1). Sisanya masuk nomor 10-11. Dari penjualan itu Jasmin mengantongi Rp2,1-juta. Ia pun berhasrat menambah populasi pohon sampai-sampai 20 batang.
Laba itu memanglah terbilang besar. Karena, biaya pemeliharaan sebatang pohon rudraksa relatif kecil. Komari cuma menghabiskan Rp7.500 per pohon per tahun. Dana itu bagi atau bisa juga dikatakan untuk pemupukan serta penyiraman. Pengertiannya, dari 3 pohon milik Jasmin yng telah berproduksi, menelan biaya Rp22.500. Harga sebuah bibit sambung susu Rp100.000. Hasil nya mencapai jutaan rupiah dalam setahun.
https://goo.gl/dhVRUZ
Biji Elaeocarpus ganitrus bisa dijual dalam keadaan basah maupun kering. Akan tetapi, kebanykan pekebun menjual kering lantaran keuntungan lebih besar. Dalam keadaan basah, biji kelas 1 bisa digolongkan nomor 3 lantaran kulit pembungkus biji cukup tebal. Apalagi mengupas kulit buah gampang di lakukan. Pekebun umumnya merebus buah ganitri dalam air mendidih selama 2 jam. Sesudah kulit luar melunak, pekebun membersihkan serta menjemurnya selama 18 jam.
Pekebun semisal Komari menyetorkan biji kering kepada eksportir di Jakarta. ‘Berapa pun volumenya diambil,’ katanya. Eksportir butuh 320 ton ganitri sekali kirim. Syaratnya biji ganitri Perlu cerah. Dibutuhkan saringan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyeleksi biji ganitri dalam 11 kelompok serta menghitung jumlah biji setiap kelas.
Berapa pun harganya, selalu dibayar tunai. Dari setiap kelas yng ia beli, Komari mengutip minimal Rp10 per butir. Setiap musim panen rata-rata ia membeli sampai-sampai 1,5 ton ganitri yang dengannya total pembelian seharga Rp600-juta. Menjdai pengepul, laba bersihnya lebih dari Rp100-juta per bulan.
Pendapat dari Indian Times, setiap tahun jutaan biji rudaksa asal Indonesia masuk ke India. Nilai transaksi diestimasi mencapai Rp500-miliar. Kelangkaan serta tingginya kebutuhan itu memunculkan pedagang nakal yng memperdagangkan biji ganitri palsu. Tak semestinya berbisnis pengingat Tuhan kok menyediakan mala palsu.
|sumber:trubus Sponsored Links loading... Loading... .

Source Articles & Image : petanitop.blogspot.com

Seputar Pria ini meraup omset jutaan rupiah hanya bermodal tanaman di pekarangan rumah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Pria ini meraup omset jutaan rupiah hanya bermodal tanaman di pekarangan rumah